Kita tahu, ada 13 sungai yang mengalir di wilayah DKI Jakarta, yang kemudian bermuara ke Teluk Jakarta. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, mencatat, 80 persen air sungai tersebut, sudah tercemar oleh limbah rumah tangga, juga oleh limbah industri. Nah, air ke-13 sungai yang sudah penuh limbah itulah yang menyebar ke seantero perairan Teluk Jakarta. Itu pun masih ditambah oleh mereka yang secara langsung mencemari perairan Teluk Jakarta. Kondisi yang demikian, sudah berlangsung bertahun-tahun, yang dari tahun ke tahun, tingkat pencemaran tersebut terus meningkat.
Dengan kata lain, perairan Teluk Jakarta sesungguhnya sudah tercemar. Hasil penelitian Sri Turni Hartati menunjukkan, perairan Teluk Jakarta memiliki kandungan zat organik yang tinggi, berupa nitrat dan fosfat, yang berasal dari limbah domestik dan industri. Nitrat dan fosfat merupakan jenis nutrien, yang memicu pertumbuhan populasi alga, fitoplankton. Nutrien yang melimpah di sekitar Teluk Jakarta, membuat keberadaan fitoplankton juga kian melimpah. Fitoplankton tersebut menyerap oksigen. Karena populasi fitoplankton berlimpah, maka ketersediaan oksigen terlarut dalam air laut, tergerus dengan cepat.
Itulah yang menyebabkan keberadaan oksigen terlarut di perairan Teluk Jakarta sangat minim, tidak lebih dari 1 mg/L. Akibatnya, ikan sesak napas, kekurangan oksigen, kemudian mati, seperti yang terjadi pada Rabu-Kamis (16-17/12/2015) di perairan Muara Angke dan pada Jumat-Sabtu-Minggu-Senin (27-28-29-30/11/2015) di sepanjang pantai Ancol. Sebaliknya, jika air laut dan air sungai, minim pencemaran, maka populasi alga, fitoplankton, akan terbatas. Dengan demikian, ikan leluasa bernapas, berkembang-biak dengan normal, serta tumbuh dengan cepat. Salah satunya, karena ketersediaan oksigen terlarut, melimpah.
Reklamasi, Sirkulasi Air, dan Fitoplankton
Sebelum penelitian sampel air, ikan mati, dan lumpur di kawasan Ancol dilakukan, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, menampik ikan-ikan yang mati di Pantai Ancol akibat dampak reklamasi pantai utara Jakarta. "Saya kira, (reklamasi) itu enggak ada hubungannya ya (dengan ikan mati)," kata Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota, pada Senin (30/11/2015). Saat presentasi hasil penelitian tersebut di atas, pada Jumat (18/12/2015), di BPLHD DKI Jakarta, Sri Turni Hartati menyebutkan, buruknya sirkulasi air di Pantai Ancol karena adanya bendungan reklamasi, memperparah kandungan oksigen di dalam air, bahkan hampir 0 mg/L.
Artinya, aktivitas reklamasi di perairan Ancol, yang berakibat pada buruknya sirkulasi air sungai dan air laut di kawasan tersebut, membuat perairan cenderung menggenang. Air laut stagnan saja, hanya beriak-riak kecil. Kondisi air laut yang tidak bersirkulasi dengan baik seperti di perairan Ancol, adalah area yang ideal bagi percepatan perkembang-biakan populasi fitoplankton. Pola arus alami air laut terganggu, karena terhalang oleh tanggul buatan di tengah perairan Ancol dan oleh aktivitas reklamasi yang berlangsung.
Kondisi perairan yang demikian, sebagaimana digambarkan Kepala P2O Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dirhamsyah, membuat populasi fitoplankton meledak, mencapai miliaran sel. Fitoplankton yang berlimpah-ruah itulah yang menyedot oksigen di perairan Ancol, hingga ikan nyaris tidak kebagian. Gambaran Dirhamsyah tersebut, berdasarkan hasil survei cepat tim P2O LIPI terhadap contoh air laut dan ikan, yang diambil pada Selasa (1/12/2015).
Mengacu kepada hasil penelitian Sri Turni Hartati, Peneliti Utama Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan hasil penelitian Dirhamsyah, Kepala P2O LIPI, kita tahu, ada serentetan persoalan yang relevan dengan kematian ribuan ikan di Teluk Jakarta. Dalam konteks spirit maritim, terkait pengelolaan sumber daya kelautan, apa yang terjadi di kawasan Teluk Jakarta, sudah sepatutnya ditangani dengan sungguh-sungguh, secara komprehensif. Ego sektoral sejumlah institusi yang berwenang, tentulah tidak akan menyelesaikan persoalan.
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Jakarta, 20 Desember 2015