Dari kanan ke kiri: Dwi Woro Retno Mastuti, Dosen Program Studi Jawa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Inge Setiawati, Corporate Secretary BCA, dan tiga pelajar mewakili 200 pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menghadiri pentas Wayang in Town-Journey in a Thousand Years, di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, pada Selasa (17/11/2015). Pentas wayang tersebut juga disertai dengan pameran lukisan wayang, karya sejumlah pelajar SMP. Foto: bisnis.com
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Siapa yang pernah ke Paris? Hampir sepertiga dari 200 pelajar SMP yang memenuhi Galeri Indonesia Kaya[1] pada Selasa (17/11/2015), mengacungkan tangan. Mereka memang gandrung dengan atmosfir internasional, tapi juga sepenuh hati mencintai wayang.
Kecintaan mereka tersebut, tercermin pada lukisan wayang, yang mereka kerjakan dengan sepenuh hati. Baik secara perorangan, maupun secara kelompok. Ini mereka lakukan, bukan karena tugas dari sekolah, tapi karena mereka senang melakukannya. Pada Selasa-Rabu (17-18/11/2015), lukisan wayang para pelajar itu dipamerkan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat. Para pelajar yang hadir, saling mengapresiasi karya rekan-rekan seusia mereka. Proses edukasi seni serta penyemaian benih nilai-nilai budaya bangsa, sudah menampakkan wujud yang sesungguhnya.
Edukasi Seni yang Kreatif
Meski sibuk dengan game dan gadget, para pelajar kita sesungguhnya juga enjoy dengan seni tradisi. Semua terpulang kepada kita, bagaimana mengenalkan serta mengajak para generasi penerus tersebut bersentuhan dengan seni tradisi. Apa yang sudah dilakukan Bakti BCA dari Bank Central Asia, dalam 5 tahun terakhir ini, mungkin bisa menjadi inspirasi kita. Bakti BCA, sebagaimana dituturkan Inge Setiawati, Corporate Secretary BCA, sejak beberapa tahun lalu, mendatangi berbagai sekolah di berbagai kota melalui program Wayang Day on School.
Di tiap sekolah yang didatangi, Bakti BCA mengajak para pelajar nonton wayang bersama. Konsep pentas wayang di sekolah tersebut dikemas secara kreatif. Baik atribut yang digunakan, maupun materi lakon yang dipilih. Seperti yang kita saksikan pada pentas Wayang in Town[2], di Galeri Indonesia Kaya, pada Selasa-Rabu (17-18/11/2015), lalu. Dalang Adi Konthea, melengkapi tim Wayang Goleg-nya dengan tukang gendang, sekaligus dengan pemain drum, lengkap dengan satu set perangkat drum.
Demikian juga dengan tokoh wayang yang dimainkan. Ada arjuna, bima, dan cepot. Tapi, ada juga tokoh wayang bule yang hidungnya mancung serta tokoh wayang noni Belanda, lengkap dengan topi dan rambut pirangnya. Kolaborasi simbol tradisi dan modern inilah yang dikelola secara kreatif, hingga para pelajar merasa menjadi bagian dari pentas wayang tersebut. Mereka enjoy, akrab, dan menyatu dengan apa yang mereka tonton.
“Ini bagian dari upaya Bakti BCA untuk mengenalkan para pelajar dengan wayang. Setelah mengenal, mudah-mudahan mereka tertarik dengan wayang, hingga mereka mencintai wayang, serta turut pula menjadi generasi penerus yang melestarikan wayang secara jangka panjang,” ujar Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Kita tahu, wayang adalah salah satu kekayaan asli bangsa Indonesia dan sudah diakui UNESCO[3] sebagai World Master of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 7 November 2003.
Seni Wayang, Seni Edukasi