Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Passionate People dari FWD Life untuk Memacu Spirit Bisnis Anak Muda

25 September 2015   19:18 Diperbarui: 25 September 2015   19:32 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Plua, Passion Anggia Rahendra

Anggia Rahendra, kita kenal sebagai mahasiswa Telkom University, Bandung, Jawa Barat. Ia masih kuliah dan tentu banyak terlibat di berbagai aktivitas mahasiswa. Kita tahu, mahasiswa paling gandrung bikin event. Baik dalam bentuk bazar, seminar, maupun berbagai event entertainment. Skala event yang dilakukan mahasiswa pun sangat beragam. Ada yang skala kampus, skala kota, maupun yang sudah merambah hingga tingkat nasional.

Proses merencanakan serta mewujudkan event inilah yang menggelitik Anggia Rahendra, untuk berbagi. Ia paham, merumuskan sebuah konsep event, bukanlah hal mudah. Pada kenyataannya, kita melihat, ada banyak event yang terselenggara, hanya ala kadarnya. Partisipasi publik terbatas, respon media terbatas, bahkan sponsor pun terbatas. Nah, apa jadinya bila sebuah event minim sponsor? Bagaimana mencapai titik-temu, antara konsep event dengan pihak sponsor yang relevan?

Atas dasar itulah Anggia Rahendra merumuskan ide bisnis, yang ia namakan Plua. Ini aplikasi aggregator peluang. Plua menerapkan penyebaran informasi peluang, berbasis aplikasi smartphone alias ponsel pintar. Tanpa spam, ya tanpa spam. Plua ini didukung, antara lain, dengan fitur Smart Planning, untuk memberikan rekomendasi pelaksanaan event terbaik secara dinamis, dikemas dalam konsep gamification. Dengan Plua ini, pengguna leluasa melakukan simulasi event yang hendak dirancang.

Mengacu kepada rancangan itulah Plua memberikan berbagai rekomendasi yang relevan untuk penyelenggara event. Secara konseptual, ide bisnis dari Anggia Rahendra ini, bisa menjadi solusi bagi penyelenggara event. Juga, bisa menjadi aplikasi untuk mematangkan sebuah konsep event. Ide bisnis ini memang masih membutuhkan penajaman, terutama pada kategori kelompok masyarakat yang hendak dijangkau. Ide bisnis ini mengantarkan Anggia Rahendra sebagai Pemenang II Bebas Berbagi. Oh, ya, Anggia Rahendra adalah penerima Beasiswa Unggulan Teknologi Industri Kreatif tahun 2014.

Ignatius Leonardo, sebagai Pemenang III Bebas Berbagi, concern mengeksplorasi passion-nya di bidang produk fashion berbahan kulit kayu. Ia jeli menemukan ide bisnis yang belum banyak dirambah orang. Ia menciptakan produk fashion yang unik, sekaligus menjangkau konsumen luas melalui jaringan internet. Ia menjadi contoh, bagaimana menyandingkan kreativitas dengan sumber daya alam, tanpa merusak alam. Foto: twitter.com/fwdlife_id

Kulit Kayu, Passion Ignatius Leonardo

Saat presentasi ide dan konsep bisnis di Kopdar Bebas Berbagi, Ignatius Leonardo sama sekali tidak menampakkan diri sebagai seorang pecinta alam. Padahal, ia sesungguhnya seorang pecinta alam sejati, yang menempatkan kreativitas dan merawat alam dalam posisi bersandingan. Ide bisnis yang ia presentasikan adalah menciptakan berbagai produk fashion dari bahan kulit kayu. Produk yang ia ciptakan adalah produk yang unik, dengan tekstur yang khas. Antara lain, tas untuk pria dan wanita serta dompet untuk pria dan wanita.

Beragam produk fashion ciptaan Ignatius Leonardo tersebut adalah produk tahan air, sehingga mudah untuk dibersihkan. Sungguh mengagumkan sekaligus mencengangkan ide bisnis Ignatius Leonardo ini. Bahan kulit kayu yang ia gunakan adalah kulit kayu gabus. Yang dimaksud dengan gabus adalah lapisan terluar dari kulit pohon yang dihasilkan oleh pohon Ek Gabus[7]. Dalam konteks ilmu tumbuh-tumbuhan, pohon Ek Gabus dikenal luar biasa produktif dalam menghasilkan kulit pohon yang berkualitas. Secara fisik, kulit pohon tersebut ringan, tahan panas, dan lentur.

Dan, yang luar biasa, kulit pohon Ek Gabus itu bisa dipanen, artinya bisa diambil, tanpa harus menebang pohonnya. Pengetahuan Ignatius Leonardo yang mendalam tentang pohon Ek Gabus, memacu dirinya untuk mengembangkan kreativitas. Akhirnya, ia sampai pada ide bisnis menciptakan berbagai produk fashion berbahan kulit kayu tersebut. Tidak hanya sampai di situ. Ignatius Leonardo pun melanjutkan langkahnya dengan menciptakan mekanisme jual-beli produk ciptaannya secara online.

Maka, sosok Ignatius Leonardo menjelma menjadi sosok yang komplit. Ia anak muda, baik secara usia maupun pengalaman. Ia kreatif menciptakan produk fashion yang unik. Ia memanfaatkan teknologi internet untuk meluaskan jangkauannya. Dan, ia pun dengan cerdas menyandingkan kreativitas bersama kecintaan pada alam. Ide dan konsep bisnis dari sosok yang komplit ini, tentu sudah sepatutnya kita apresiasi. Chief Financial Officer (CFO) FWD Life, Paul Setio Kartono, memahami passion anak muda ini dan menjadikan Ignatius Leonardo sebagai Pemenang III Bebas Berbagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun