Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Raja Copet Jakarta, 25 Tahun Mencopet Hanya 2 Kali Tertangkap

31 Agustus 2015   14:17 Diperbarui: 31 Agustus 2015   14:17 3233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timing yang paling tepat untuk mencopet penumpang bus adalah saat berdesakan mau naik dan terburu-buru hendak turun. Di dua kondisi itu, besar kemungkinan, ada bahaya copet yang mengintai. Formasi yang terkenal di kalangan pencopet bus adalah 1-1-1, untuk tim copet yang terdiri dari tiga orang. Pencopet yang satu, akan memosisikan diri di depan korban, pencopet kedua akan mendesak-desak korban agar kepepet, dan pencopet ketiga bertugas mengeksekusi korban. Secara waktu, tim tiga orang ini bekerja sangat cepat, seringkali hanya dalam hitungan detik.

Pencopet yang di depan korban itu, tugasnya adalah untuk menghalang-halangi, untuk mengalihkan perhatian, hingga korban lupa melindungi dompet atau sakunya atau tasnya. Dalam ranah copet, yang bertugas menghalang-halangi korban tersebut, dinamai tukang rem. Nah, itulah jabatan pertama Tomo, sebagai tukang rem. Tidak ada jangka waktu khusus, sebagaimana halnya semesteran di bangku kuliah, untuk menyatakan bahwa seseorang sudah lulus sebagai tukang rem atau belum. Ukurannya hanya satu: sukses. Sukses dapat uang atau handphone atau apa pun yang bisa jadi duit. Jumlah atau nilai dari hasil copet, juga termasuk komponen yang menentukan kelulusan.

Lulus dari tukang rem, karir Tomo meningkat jadi pendesak. Ia tidak ingat, berapa lama waktu yang ia jalani sebagai tukang rem. Posisi sebagai pendesak adalah posisi yang benar-benar membutuhkan keberanian tinggi, karena tugasnya adalah mendesak atau memepet korban. Dapat dipastikan, korban akan kesal, jengkel, bahkan marah. Karena itulah, sebagai pendesak, ia tidak boleh kalah gertak, juga tidak boleh kalah body oleh korban. Daya dorongnya harus kuat. Kalaupun korban sampai tersungkur-jatuh, tidak apa-apa, yang penting ada hasil. Harus ada hasil. Bertengkar dengan korban pun oke-oke saja, asal ada hasil.

Ketika korban dihalang-halangi, kemudian didesak-desak pula, maka itulah saat sang eksekutor beraksi. Puncak karir di sektor copet adalah sebagai eksekutor. Tugas utamanya, mengambili barang korban. Ini jabatan paling berisiko, karena barang bukti alias barbuk akan berada di tangan eksekutor. Meleset sedetik saja, bisa babak-belur digebukin massa[4]. Bahkan, nyawa bisa melayang, kalau kebetulan lagi apes. Maka, tertangkap tangan adalah peristiwa yang tidak boleh terjadi. Kalaupun gagal mencopet, jangan sampai tertangkap.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, mengaku kecewa atas aksi main hakim sendiri yang dilakukan oleh warga, sehingga menyebabkan tewasnya seorang copet di Stasiun Kereta Api Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan, pada Rabu (8/7/2015). Sebelumnya, pada Rabu (28/1/2015), menurut Djarot Saiful Hidayat, operasi terhadap preman-preman yang telah dilakukan polisi beberapa waktu belakangan ini, sudah menunjukkan hasil positif. Meski demikian, mantan Wali Kota Blitar itu menegaskan, sebenarnya tidak ada satu pun kota di dunia ini yang bisa 100 persen bebas dari tindak kejahatan. Foto: okezone.com

Pencopet Senior, Kelompok Copet

Tomo tentulah sudah terbilang pencopet senior. Wilayah operasinya, terutama di bus kota jurusan Pulogadung-Blok M, Jakarta Selatan. Ia sudah malang-melintang sepanjang lintasan tersebut. Sebagai tempat mangkal, ia memilih terminal Pulogadung[5]. Maklum, ini terminal dalam kota sekaligus berfungsi sebagai terminal luar kota. Nyaris aktivitas terminal berlangsung 24 jam penuh. Artinya, peluang untuk mendapatkan mangsa, tentulah lebih terbuka. Kalau terminal Blok M hanya ramai pada pagi dan sore saja, karena berada di kawasan yang dekat dengan perkantoran.

Sebagai pencopet senior, Tomo praktis lebih banyak mengoordinir aktivitas pencopetan, khususnya kelompok-kelompok copet yang ia bentuk. Pengalaman mereka tentulah di bawah Tomo. Boleh dibilang, Tomo berperan sebagai strategic planner. Tiap kali kelompoknya selesai beroperasi, mereka mendiskusikannya sembari ngobrol ngalor-ngidul. Saat itulah sebenarnya proses transfer knowledge berlangsung. Prinsipnya adalah yang yunior makin pintar, yang senior makin profesional. Masa yang dilalui Tomo adalah masa yang sangat panjang, 25 tahun di ranah copet.

Selama kurun waktu yang lama itu, Tomo menanamkan prinsip-prinsip trust, percaya pada sesama. Juga, prinsip solidarity, setia kawan. Kedua prinsip tersebut dipegang teguh oleh para pencopet, karena tiap kali habis operasi, mereka akan berpencar satu sama lain. Kalau situasi sudah dinilai aman, baru mereka ngumpul di pangkalan, dalam hal ini di terminal Pulogadung. Pencopet yang mencoba-coba tidak menjaga trust, misalnya menilep hasil copetan, besar kemungkinan besoknya sudah tidak bisa bernapas.

Penghasilan para pencopet, tergantung musim. Dari pengakuan Tomo, minimal sehari anggota kelompoknya dapat hasil bersih Rp 100.000. Tomo sebagai senior dan ketua kelompok, tentulah mengantongi lebih dari itu. Meski sudah senior dan lebih banyak berperan sebagai strategic planner, sesekali ada juga rasa kangen Tomo untuk terjun ke lapangan. Baik sebagai tukang rem, pendesak, maupun eksekutor. Nah, Kamis, 27 Agustus 2015, itu, ia sedang kangen turun ke lapangan. Apesnya, ia tertangkap aparat dari Unit V Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Benar kata pepatah kuno sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu kan jatuh jua.

Jakarta, 31 Agustus 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun