---------------------------
Perum Bulog membeli produk pertanian secara langsung dari petani. Ini sebuah langkah yang patut diapresiasi, supaya petani tak selamanya didikte para saudagar.
Petani tentu tidak bisa dibiarkan menjadi bulan-bulanan tengkulak maupun pedagang. Sudah seharusnya mereka memperoleh harga jual yang pantas, dari produk tani yang mereka hasilkan.
--------------------------
[1] Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anton J. Supit, menyarankan, agar pemerintah dan swasta bersinergi. Petani jagung harus dilindungi dan produk mereka harus dibeli. Pada saat yang sama, peternak unggas nasional juga tidak boleh dikorbankan. Selanjut, silakan baca Selesaikan Persoalan Bersama, Petani dan Peternak Harus Dilindungi, yang dilansir print.kompas.com, pada Sabtu (8/8/2015).
[2] Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian, menghentikan impor jagung. Diharapkan, produksi jagung dalam negeri yang saat ini meningkat, bisa terserap pasar, terutama oleh industri pakan. Selanjutnya, silakan baca Impor Jagung Dihentikan, yang dilansir print.kompas.com, pada Sabtu (25/7/2015).
[3] Peningkatan diperkirakan, karena kenaikan luas panen, seluas 160.480 hektar (4,18 persen) dan kenaikan produktivitas 2,16 kuintal/hektar (4,36 persen). Selanjutnya, silakan baca Penanda Baru Swasembada Pangan, yang dilansir print.kompas.com, pada Kamis (16/7/2015).
[4] Industri pakan ternak nasional mengalami ketidakpastian pasokan bahan baku, setelah penghentian impor jagung secara mendadak oleh pemerintah. Selanjutnya, silakan baca Penghentian Impor Dinilai Mendadak, yang dilansir print.kompas.com, pada Senin (27/7/2015).
[5] Himpuli mendata, kerugian peternak hingga pertengahan Maret 2015, diperkirakan Rp 200 miliar. Kerugian timbul karena anjloknya harga dari tingkat keekonomian ayam, Rp 35.000-Rp 45.000 per kilogram menjadi Rp 25.000-Rp 26.000 per kilogram. Selanjutnya, silakan baca Peternak Ayam Bangkrut, Peternakan Ayam Sentul Pun Merana sejak Awal 2015, yang dilansir print.kompas.com, pada Rabu (11/3/2015).