---------------------------
[1] Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2014 mencapai 27,73 juta orang atau 10,96 persen. Bank Dunia menyatakan bahwa ukuran miskin atau tidak adalah pengeluaran dua dollar Amerika Serikat per hari per orang. Dewan Pembina Yayasan Institute Bisnis Indonesia, Kwik Kian Gie, mengatakan, jika kriteria ini yang dipakai, maka 50 persen dari rakyat Indonesia, miskin. Hal itu ia ungkapkan dalam seminar Ironi Pembangunan Ekonomi Indonesia, Kesenjangan Sosial Melebar di Jakarta, pada Rabu (18/3/2015).
[2] Menurut Jason Tedjasukmana, yang mengelola komunikasi Google Indonesia, perangkat teknologi tidak seutuhnya bisa menggantikan kualitas komunikasi tatap muka. Karena itu, rapat dengan sesama anggota tim Google Indonesia di Jakarta, tetap dilakukan dengan tatap muka, bukan dengan video conference
[3] Dalam konteks ini, kita bisa melihat langkah yang ditempuh Dewi Fortuna Anwar. Alumnus program doktoral Monash University, Australia, ini, justru memilih menyekolahkan anaknya semasa sekolah menengah di Padang, Sumatera Barat, meski Dewi berkarir di Jakarta. Kini, Dewi menjadi Deputi Sekretaris Wakil Presiden Jusuf Kalla Bidang Politik. Ayahnya, Prof. Dr. Khaidir Anwar, MA. adalah seorang ahli sosiolinguistik yang pada masa itu menjadi Dekan Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang. Dengan demikian, dengan tinggal bersama sang kakek, anak Dewi tetap lekat dengan budaya Minang, yang menjadi akar budaya keluarga tersebut.
[4] Perhitungan ini dengan asumsi rata-rata setiap orang pemudik membawa sekitar Rp 800.000 hingga 1 juta rupiah ke kampung halamannya. Berdasarkan hasil survei itu, perputaran uang tujuan mudik paling banyak di Jawa Tengah, yakni mencapai 4,44 triliun rupiah, disusul Jawa Barat 3,24 triliun rupiah, Jawa Timur 2,5 triliun rupiah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 835 miliar rupiah, Sumatra Utara 785 miliar rupiah, dan Sulawesi Selatan 543 miliar rupiah.
[5] Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara, dari uang tunai yang keluar sebanyak Rp 99 triliun itu, sebanyak Rp 61 triliun beredar di Pulau Jawa. Dari jumlah Rp 61 triliun itu, sebanyak 29%-30% beredar di Jakarta. Uang tunai yang beredar di Sumatera mencapai Rp 20 triliun. Sementara uang tunai yang telah keluar dan beredar di Bali dan Indonesia Timur telah mencapai Rp 11 triliun. Untuk uang tunai yang beredar di Kalimantan telah mencapai Rp 7 triliun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H