Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Non-Tunai Melindungi, Juga Menjaga Diri Agar Tidak Lepas Kendali

14 Juni 2015   20:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak fasilitas yang bisa digunakan untuk transaksi non-tunai. Misalnya, Kartu Kredit, Kartu ATM, dan uang elektronik alias e-money. Ronald Waas merekomendasikan Kartu ATM yang juga berfungsi sebagai Kartu Debit, sebagai pilihan untuk bertransaksi non-tunai. Kenapa? ”Dengan Kartu ATM atau Kartu Debit, kita akan bertransaksi sesuai dengan dana yang kita miliki. Ini kan positif untuk pengendalian diri saat belanja. Kita akan berbelanja secukupnya dan seperlunya,” ujar Ronald Waas, yang hari itu berdialog dengan santai, dengan sekitar 100 Kompasianer.

Berbeda dengan Kartu Kredit. ”Dengan Kartu Kredit, kita akan tetap bisa berbelanja, meski saat itu kita tidak memiliki dana. Ini kan kurang positif, membiasakan diri berhutang. Karena itu, pemegang Kartu Kredit harus benar-benar disiplin, agar tidak bermasalah dengan tumpukan tagihan, yang bisa mengganggu kenyamanan kehidupan sehari-hari,” lanjut Ronald Waas, yang hari itu didampingi Iskandar Zulkarnain dari Kompasiana, yang bertindak sebagai moderator.

Kartu Kredit dan Kartu ATM memang sama-sama sarana untuk transaksi non-tunai. Apa yang diungkapkan Ronald Waas tersebut, sesungguhnya mengingatkan kita, agar senantiasa waras dalam memanfaatkannya. Simon Costello, dari HaloMoney.co.id, sebagaimana dilansir print.kompas.com pada Sabtu (6/06/2015), mengungkapkan, banyak orang yang memiliki persepsi salah tentang kartu kredit. Banyak orang beranggapan, memiliki kartu kredit, berarti memiliki penghasilan tambahan. Padahal, kartu kredit adalah alat bayar bukan alat utang. Dengan kartu kredit, kita tidak perlu membawa dana cash dalam jumlah besar.

Sarana non-tunai selain Kartu Kredit dan Kartu ATM, adalah e-money yang kerap disebut sebagai uang elektronik. E-money ini mulai diberlakukan di Indonesia sejak tahun 2008, yang diterbitkan oleh industri perbankan dan operator telekomunikasi. Untuk mengantisipasi layanan ini, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan mengenai e-money tahun 2009 dan kemudian diperbaharui tahun 2014.

Sudah cukup banyak bank yang telah mengeluarkan produk e-money. Di antaranya, BCA flazz, BNI tapcash, BRI brizzi, Bank Mandiri e-money, Bank Mega megacard, dan Bank DKI jakcard. Selain industri perbankan, e-money juga diterbitkan oleh operator telekomunikasi, ada dari Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Telkom, dan Finnet. Produk e-money juga dirilis oleh pemain independen seperti Skye Sab dan Doku. Dengan demikian, kita sebagai konsumen sebenarnya cukup leluasa bertransaksi non-tunai.

Bertransaksi non-tunai dengan menggunakan kartu kredit secara online, sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat belakangan ini. Untuk menghindari pembobolan transaksi kartu kredit, Bank Indonesia (BI) meminta masyarakat untuk berhati-hati dalam bertransaksi secara online. Perilaku nasabah sangat menentukan keamanan kartu kreditnya sendiri. Nasabah harus sadar betul bahwa situs tempatnya berbelanja merupakan laman yang tepercaya. Foto: creditcard-revolution.com dan techstory.in

Kartu Kredit untuk Transaksi Online

Ronald Waas, Deputi Gubernur Bank Indonesia, dalam acara Tokoh Bicara Kompasiana tersebut, didampingi Trinity, yang lebih dikenal The Naked Traveler. Perempuan kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, ini adalah seorang penulis, yang melancong bukan lagi sekadar hobi tapi sekaligus sudah menjadi pekerjaannya. Ia sudah mulai melancong sejak kecil, yang hingga kini Trinity sudah menyambangi lebih dari 65 negara di dunia.

Hari itu, kepada 100 lebih Kompasianer, Trinity bercerita bahwa ia sangat terbantu, bahkan sangat tergantung pada transaksi non-tunai dalam pengembaraannya menjelajah dunia. ”Dengan Kartu Kredit, saya leluasa pindah-pindah negara, tanpa harus repot urusan menukarkan uang di money changer. Karena itu, saya sangat melindungi Kartu Kredit saya,” ujarnya dengan santai, lebih santai malah dari Ronald Waas.

Dalam bertransaksi secara online, misalnya, Trinity melakukannya hanya dengan menggunakan laptop pribadinya. Tidak pernah dengan perangkat orang lain. Ia pun menjaga sang laptop untuk tidak diutak-atik orang lain. Ia juga tidak pernah merespon ratusan, bahkan ribuan, e-mail yang menyatroninya dengan berbagai tawaran secara online. Mulai dari tawaran hadiah ini-itu, sampai ajakan investasi ini-itu. Dengan kata lain, Trinity bersikap kritis berurusan dengan dunia online, apalagi yang menyakut bayar-membayar secara online.

Sebagai seorang traveler, kata Trinity, memiliki Kartu Kredit sudah menjadi keharusan. Memang sih, tidak semua tempat yang pernah ia kunjungi menyediakan infrastruktur kartu kredit, tapi membawa kartu kredit jauh lebih praktis dibanding bawa-bawa uang cash. Di tempat-tempat singgahnya, Trinity tidak pernah membawa kartu kreditnya. Ia justru menyimpannya dalam deposit box yang aman. Sikap dan tingkat kehati-hatian Trinity ini bisa jadi inspirasi untuk kita yang kerap berpergian.

Jakarta, 14 Juni 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun