Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sarjana ke Desa, Sarjana Telantar, dan Sarjana Nganggur

24 Mei 2015   13:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:40 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_367431" align="aligncenter" width="581" caption="Gerakan mengirim sarjana ke desa, sempat jadi trend. Kementerian Pemuda dan Olahraga menyelenggarakan program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (PSP-3). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Sarjana Mengajar di Daerah Terpencil, Terluar, dan Tertinggal (SM3T). Ada juga lembaga non-pemerintah dengan program Indonesia Mengajar, menerjunkan sarjana-sarjana terbaik untuk menjadi pengajar muda yang diterjunkan ke daerah terpencil. Foto: print.kompas.com edisi Sabtu (23/5/2015) "][/caption]

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com) 

Menjadi sarjana, itu cita-cita. Dapat kerja di kota, itu keberuntungan. Dikirim ke desa, oke juga, karena bisa turut mencerdaskan masyarakat desa. Sarjana telantar di desa? Barangkali, ini di luar perhitungan. Mungkin juga ini bagian dari kompetitifnya dunia kerja.

28 peserta program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (PSP-3) dari sejumlah provinsi yang ditugaskan di Maluku, mengaku kini ditelantarkan pemerintah. Tidak kurang dari 791 fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) di Nusa Tenggara Timur (NTT), juga telantar. Ini adalah bagian dari perjalanan kehidupan sejumlah sarjana, sebagaimana yang diberitakan print.kompas.com hari Sabtu (23/5/2015), Penggerak Pembangun Desa Kini Telantar, PNPM Perdesaan Juga Terhenti.

Desa untuk Kebangkitan Nasional

Mari kita mulai dari Budiman Sudjatmiko. Ia memang bukan peserta program sarjana masuk desa. Ia lahir pada 10 Maret 1970 di Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 1996, Budiman Sudjatmiko mendeklarasikan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Kala itu, usianya baru 26 tahun dan saat itu rezim Suharto masih berkuasa penuh. Ia berada di luar kekuasaan dan menantang penguasa saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun