Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Batu Akik akan Kena Pajak karena Termasuk Barang Mewah

4 Februari 2015   17:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:50 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelajaran dari Purbalingga

Apa yang dilakukan Tasdi, Wakil Bupati Purbalingga, Jawa Tengah, mungkin bisa menginspirasi. Tasdi mengungkapkan, Pemkab Purbalingga melalui APBD tahun 2015, akan menganggarkan dana sebesar Rp 900 juta, untuk membantu peralatan bagi perajin Batu Akik. Ia menyadari, potensi bahan baku Batu Akik di Purbalingga, sangat melimpah.

Masyarakat yang menekuni kerajinan Batu Akik, juga cukup banyak. Sebagaimana halnya usaha rakyat, keterampilan mereka masih terbatas, perangkat pendukung yang mereka miliki juga minim. Karena itulah, Pemkab Purbalingga berencana men-support warganya dengan menganggarkan bantuan melalui APBD.

“Pemkab juga ikut turun tangan dengan membentuk paguyuban perajin Batu Akik, baik di tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa,” papar Tasdi lebih lanjut. Melalui cara tersebut, Tasdi berharap keterampilan warganya dalam mengolah Batu Akik bisa meningkat. Hingga, secara jangka panjang, kerajinan Batu Akik akan menjadi produk unggulan Kabupaten Purbalingga, yang bisa meningkatkan pendapatkan masyarakat lokal.

Kegairahan perajin Batu Akik juga didorong dengan mengadakan pameran kerajinan batu tersebut. Pada 11–14 Desember 2014 lalu, misalnya, diadakan Pameran Batu Klawing terbesar pertama di Gedung Kong Kwan, Purbalingga. Pameran ini diikuti sekitar 30 perajin batu. Klawing adalah nama salah satu sungai di Purbalingga, sumber bebatuan tersebut. Beberapa hari kemudian, 18-24 Desember 2014, diadakan lagi pameran kerajinan batu di Purbalingga Expo 2014, di lapangan Purbalingga Kidul, dekat Stadion Goentor Darjono.

[caption id="attachment_349273" align="aligncenter" width="540" caption="Penjual Batu Akik kelak akan menjadi bagian dari pengisi Lantai 3 Pasar Blok G Tanah Abang. Menurut Humas PD Pasar Jaya, Agus Lamun, sementara akan dikosongkan dulu kemudian diubah menjadi lokasi parkir atau lokasi para pedagang kreatif,, baik itu pedagang Pasar Tasik, pedagang pakaian bekas, maupun pedagang Batu Akik. Foto: Warta Kota"]

1423019224320249680
1423019224320249680
[/caption]

Inisiatif untuk Warga

Tasdi, dalam hal ini Pemkab Purbalingga, mengedepankan keberpihakan pada warga, agar mereka memiliki aktivitas yang mendatangkan pendapatan. Dengan demikian, roda ekonomi masyarakat kabupaten bergerak positif. Untuk skala kabupaten, ia paham, apa yang seharusnya diprioritaskan. Ia pun bisa membedakan yang mana yang urgent dan mana yang important.

Apa yang dilakukan Pemkab Purbalingga, hanya salah satu contoh, bagaimana pemerintah setempat memiliki inisiatif untuk memfasilitasi potensi yang ada di wilayahnya. Setidaknya, itu menjadi salah satu solusi untuk menciptakan lapangan kerja bagi warga. Inisiatif yang disertai dengan pemahaman akan sumber daya manusia yang ada, sumber daya alam, serta behavior masyarakat yang menjadi target market, tentu akan menjadi solusi bagi warga.

Sebaliknya, inisiatif yang tidak disertai dengan pemahaman akan hal tersebut, bila dipaksakan, justru menjadi sumber malapetaka bagi warga. Itulah yang dialami para pedagang Kaki-5 yang direlokasi ke Pasar Blok G Tanah Abang, Jakarta Pusat, oleh Jokowi, semasa ia menjadi Gubernur DKI Jakarta. Karena tidak dilandasi konsep yang jelas, karena tidak disertai dengan studi yang memadai, proyek relokasi itu gagal total.

Manajer Pasar Blok G Tanah Abang, Namen Suhadi, pada Senin (22/9/2014), menerangkan, selama ini, segala upaya sudah dilakukan untuk meramaikan Blok G, tetapi nyatanya tetap saja sepi, khususnya di lantai tiga. “Hingga perpanjangan masa sewa gratis kedua berakhir, sudah tidak ada lagi pedagang bertahan,” ujar Namen Suhadi. Alasan para pedagang, “Ngapain maksa diri jualan di Pasar Blok G, kalau yang datang cuma laler doang.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun