Batam, siapa sih yang gak tahu tentang Batam? Kota yang menjadi surganya para shoppers atau pembuka jasa titip (jastip), dimana kita bisa membeli barang dengan harga yang miring.
Batam adalah sebuah kota terbesar di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Batam juga memiliki letak yang sangat strategis. Selain berada di jalur pelayaran internasional, kota ini juga memiliki jarak yang dekat dengan Singapura dan Malaysia. Batam juga digadang-gadangkan sebagai Miniatur Indonesia.
Batam adalah pusat perbelanjaan yang murah, dan sering dikunjungi oleh wisatawan dari mancanegara, seperti Singapura, Malaysia, tak jarang juga China. Selain karena harga yang miring, itu juga karena dollar yang tinggi membuat nilai mata uang rupiah yang turun dan harga-harga barang di Batam jadi terjual lebih murah.
Batam yang juga diapit oleh laut, membuat Batam memiliki banyak pantai dan pusat makanan seafood. Tak jarang orang pergi ke Batam membuat agenda khusus untuk mencicipi makanan seafood yang tersebar luas diseluruh wilayah Batam. Tinggal pilih saja.
Batam memiliki ikon wisata sendiri yang sampai-sampai orang bilang, "kalau gak kesini, berarti belum ke Batam sepenuhnya." Ya, ikon dari Kota Batam adalah Jembatan Barelangnya. Jempatan yang mirip dengan Jembatan Golden Gate di San Fransisco, Amerika Serikat.
Cukup dengan semua sisi positif yang ada di Kota Batam, sehingga kita semua lupa akan sisi negatif yang ada di Kota Batam, yang tentunya sedikit banyak ada di daerah lain. Tapi kali ini saya akan membahas apa saja sisi negatif yang sering terjadi di Kota Batam, khususnya tempat saya tinggal, di Batu Aji, karena banyak peristiwa yang terjadi disana.
- Buang Sampah Sembarangan
Sampah yang bertebaran di mana-mana membuat saya menjadi ingin menuliskan ini di point pertama. Memang sih, di tempat-tempat tertentu, tidak akan ada sampah yang berserakan di depan mata kita. Banyak tempat-tempat wisata di Kota Batam selain Nagoya, atau Batam Centre yang dijadikan tempat berwisata, tapi tidak begitu terurus. Akhirnya hanya menjadi tempat sampah organik, sampah anorganik, dan para sampah masyarakat.
Banyak juga video-video di Instagram yang menyatakan ke-rindu-an mereka terhadap kota yang telah membesarkan mereka, dari kecil, hingga mereka merantau, dan ceritanya lagi kangen dan bikin video di Instagram berkedok kangen. Dengan menceritakan berbagai macam hal yang membuatnya kangen, sehingga mereka lupa kalau abis ngerokok juga puntung rokoknya dibuang ke tanah.
Masyarakat yang kurang peka akan kebersihan ini juga patut di acungi jempol karena telah merusak asset kita yang sekarang diwacanakan akan menjadi kota pariwisata disamping kota industri. Seperti pepatah yang saya buat sendiri, mengatakan "Rumah yang baik, adalah rumah yang bersih." Sama hal nya jika kita menjadikan kota tempat tinggal kita ini sebagai 'rumah' kita, kita tentu tidak ingin 'rumah' kita itu kotor.
Jika sampah masih berserakan, ini juga akan berdampak buruk untuk kita juga, para wisatawan juga akan meremehkan etika buang sampah di kota tercinta kita ini, yang lebih parah juga mereka akan berani buang sampah sembarangan. Disaat itulah kita menjadi marah besar dan mengamuk karena ada wisatawan yang membuang sampah sembarangan, padahal disatu sisi mereka juga belajar dari kita, sebagai tuan rumah, untuk membuang sampah sembarangan.
- Ugal-ugalan
Merah, Kuning, Ngeeng... itu sudah menjadi rutinitas di Kota Batam, dimana rambu lampu kuning itu di istilahkan sebagai 'gas pol' dan rambu lampu hijau di artikan sebagai 'balapan', hal ini sering saya dapati di tempat tinggal saya, kota metropolitan, Batu Aji.