Ketimpangan pembangunan dan penduduk memang masih menjadi salah sebuah masalah klasik yang harus kita sikapi secara arif dan bijak secara bersama sama.Â
Konsep pembangunan dengan menempatkan laut sebagai halaman depan negara kita sudah tentu akan meningkatkan berbagai sektor baik konektifitas antar pulau, logistik dan pariwisata berbasis maritim, akan tetapi ada beberapa hal yang perlu kita cermati lebih dalam terkait bagaimana peranan masyarakat lokal apakah hanya menjadi penonton dan objek dari pembangunan tersebut ataukah menjadi subjek dan penggerak dari pembangunan tersebut, hal ini patut kita tunggu komitmen dari pemerintah dengan melihat detail rencana apa yang akan dilakukan, karena menurut hemat penulis sejak Visi Poros Maritim Dunia ini dicetuskan dan dikeluarkannya peraturan presiden nomor 16 tahun 2017 belum terdapat langkah konkrit untuk mensukseskan pilar diatas.
Keempat, diplomasi maritim yang mengajak semua mitra indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan dan Kelima sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudra, indonesia berkewajiban membangun kekuatan pertahanan maritim.Â
Diplomasi maritim dan membangun kekuatan pertahanan maritim adalah point penting dari pilar keempat dan kelima dari visi Poros Maritim Dunia.Â
Di tengah pandemi covid 19 berbagai negara sedang berlomba lomba untuk mengamankan stok pangan dan memperluas wilayah dalam rangka mencari sumber pangan baru baik dengan cara memperluas wilayah dan pengaruh ke negara lain.Â
Diplomasi Maritim dan pertahanan maritim mutlak diperlukan sebagai salah satu cara untuk menjamin integritas wilayah NKRI, kedaulatan maritim dan keamanan pulau-pulau terdepan, serta mengamankan sumber daya alam pada wilayah Zona Ekonomi Eksklusif negara kita.Â
Mari kita amati bersama potensi konflik di laut natuna utara dimana klaim sepihak Republik Rakyat China bahwa wilayah tersebut masuk di wilayah jalur "nine dash line" wilayah mereka dan juga maraknya kasus ilegal fishing yang dilakukan oleh nelayan negara lain, harus kita memberikan apresiasi yang tinggi kepada  Bakamla, Satgas 115 dan TNI AL kita yang terus menjaga dan berhasil menertibkan ilegal fishing yang terus terjadi di WPPN RI kita, akan tetapi hal itu belum cukup dan membuktikan bahwa diplomasi maritim dan kekuatan pertahanan maritim kita belum memberikan efek deteren kepada negara.Â
Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu kita tingkatkan bersama dalam rangka mensukseskan Visi Poros Maritim Dunia, Keterbukaan, sikap optimis dan terus meningkatkan kapasitas diri adalah hal minimal yang bisa kita lakukan utuk terus memberikan sumbangsih kepada negara tercinta ini.
Salam
Penulis Wahyu Isroni
Dosen Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Airlangga