Mohon tunggu...
Isriyati
Isriyati Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca dan penulis

Seseorang yang menggemari membaca komik Jepang (manga), menyenangi merangkai kata menjadi tulisan, menyukai jalan-jalan, dan mencintai warna oranye

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jadilah Warrior, Bukan Worrier

2 Juni 2020   22:29 Diperbarui: 2 Juni 2020   22:30 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ya, jadilah seorang warrior atau pejuang, dan janganlah jadi seorang worrier atau penakut/selalu khawatir. Itu adalah kata-kata motivasi penuh semangat yang diucapkan oleh Miss Merry Riana untuk seluruh warganet yang mengikuti acara "Menjadi 'Pejuang' Hadapi 'Kenormalan Baru'" yang disiarkan secara langsung di akun Instagram @kompascom, Senin 1 Juni 2020 yang lalu. Menarik sekali acara yang dikemas dalam bincang sederhana tapi penuh dengan "suntikan" motivasi tersebut.

Belum usai pandemi Covid-19 yang masih melanda di Indonesia, masyarakat harus mulai bersiap menghadapi kenormalan baru (new normal) yang terus digaungkan oleh pemerintah. 

Dalam situasi yang ketidakpastian ini, tentu kita dituntut untuk mulai perlahan-lahan menjadikan kenormalan baru tersebut menjadi sesuatu yang memang akan kita jalani dan mulail untuk membiasakannya.

Dalam menjalani kehidupan itu selalu memiliki dua mata sisi konsekuensi, yakni positif dan negatif. Baik dan buruk. Itu tergantung dari bagaimana cara kita memandangnya saja. 

Sederhana kan? Apakah kenormalan baru ini berdampak buruk? Atau berdampak baik? bagaimana kita memandangnya akan berpengaruh pada bagaimana kita menyikapinya.

Masa depan itu terletak pada F-word yang kita pilih. Yakni F-EAR atau kah F-AITH. Jika kita memandang dengan F-word pertama (fear/takut) maka sepanjang menjalani kenormalan baru akan diisi dengan ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan akan banyak hal. Namun jika kita memandang dengan F-word kedua (faith/keyakinan) maka sepanjang kenormalan baru ini akan dipenuhi dengan kemantapan hati, keyakinan, dan kesungguhan.

Tidak mudah memang untuk bisa membangun keyakinan tersebut dimasa pandemi yang ujungnya saja belum kelihatan. Namun, jika kita bisa melihat diri kita lebih dalam, sesungguhnya krisis pandemi Covid-19 ini bukanlah krisis pertama dalam setiap kehidupan manusia.

Masing-masing pasti pernah memiliki krisis sebelumnya, dan hingga pada akhirnya kita semua bersua dengan krisis pandemi Covid-19 ini, maka bisa dipastikan kita telah mampu dan telah berhasil mengatasi krisis yang sebelumnya terjadi.

Hanya dibutuhkan tiga hal dalam menghadapi krisis pandemi Covid-19 maupun kenormalan baru ini, yakni:

1. Accept, yang berarti menerima keadaan. Mencoba berdamai dengan keadaan, namun tetap jangan menyerah

2. Adopt, beradaptasilah dengan kenormalan baru ini.

3. Achieve, mulai untuk mencapai hal-hal yang baru dan jadilah lebih sukses.

Setelah sukses dengan melakukan tiga hal tersebut, langkah selanjutnya lihatlah sekeliling kita. Semua mengalami hal yang sama, semua mengalami krisis yang sama. Sudah saatnya kita menjadikan diri sebagai seorang "pejuang" dalam era kenormalan baru ditengah pandemi Covid-19 ini, caranya?

1. Jangan menyerah. Mengapa harus berhenti dan menyerah?

2. Disaat kita belum mampu mengubah keadaan, maka kita harus merubah diri sendiri

3. Terus bergerak, jangan berdiam diri, termasuk jangan pernah malu untuk menjalin kerjasama dan bantuan dari orang lain

4. Jadilah pribadi yang lebih kreatif dan produktif

Doing more with less or limited resources. Seringkali ide itu muncul disaat kepepet, atau kreatifitas itu muncul ketika dalam keadaan terdesak. 

percayalah, bahwa selalu ada nilai positif dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Setidaknya dari pandemi ini, kita belajar bagaimana orang-orang bisa bertahan dalam keadaan krisis melalui berbagai cara, ide, dan kemampuannya yang berpotensi mengembangkan apa yang sebelumnya bisa saja belum terlintas.

Misalnya saja banyak kalangan mendadak menjadi entrepreneurship atau banyak yang juga melakukan simulasi secara digital, seperti les privat daring, pameran secara daring, konser daring, dan lainnya, atau mencoba berkebun dengan metode hidroponik sebagai bagian dari ikhtiar ketahanan pangan, dan seterusnya.

Mereka yang mampu menjadikan diri untuk menerima keadaan lalu beranjak (move on) dari krisis dan tidak membiarkan diri berlarut dalam romansa tanpa asa, untuk kemudian beradaptasi dan berkarya adalah para pejuang yang akan menjadi pemenang di akhir pandemi bagi diri sendiri.

Memang tak mudah menjalani kehidupan di era saat ini. Jatuh bangun dalam tiap langkah untuk terus berjuang menambah asam garam kehidupan. Saat-saat terjatuh, selalu tanamkan keyakinan PD, yakni Percaya Diri dan Percaya Dia (Tuhan).

Percaya diri ini meyakinkan bahwa kegagalan atau ketidakmampuan diri itu harus dihilangkan. Rasa bersalah pun sama juga dihempaskan. Kita terlalu berharga untuk terus terseok dan meratapi kesalahan. Ini adalah cara Tuhan untuk menghancurkan dan menjatuhkan manusia agar manusia mau belajar membangun kembali, meniti pondasi untuk berdiri kembali agar menjadi lebih baik.

Percaya Dia (Tuhan). Tuhan itu tidak kemana-mana. Tuhan itu selalu ada. Masih ada Tuhan yang akan menjaga, selalu memberikan kesempatan, memberikan jalan asalkan kita mau berubah, berusaha, dan tidak menyerah.

Memang ini hanyalah rangkaian kata sarat dengan motivasi. Namun di era kenormalan baru saat ini, motivasi pejuang itu menjadi bagian penting. Butuh perjuangan untuk bisa bertahan.

Setiap pejuang selalu butuh strategi yang penuh perhitungan untuk berjuang. Berani tapi bukan nekat apalagi ceroboh hingga akhirnya frustrasi karena hanya motivasi saja tanpa strategi apapun.

Urusan tentang Covid-19, serahkan saja pada ahlinya. Urusan diri sendiri adalah bagaimana kita mampu melawan perasaan yang negatif atau ketakutan sehingga hidup dipenuhi dengan kekhawatiran dan kekhawatiran.

Dinamika kehidupan atau perubahan itu selalu ada. Kita hanya perlu beradaptasi. Mari hadapi era kenormalan baru di tengah pandemi Covid-19 ini dengan pola pikir yang baru (new mindset), ketrampilan baru (new skill), and perilaku yang baru (new behavior).

New normal? Be a warrior.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun