Mohon tunggu...
Isriyati
Isriyati Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca dan penulis

Seseorang yang menggemari membaca komik Jepang (manga), menyenangi merangkai kata menjadi tulisan, menyukai jalan-jalan, dan mencintai warna oranye

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perlunya Evaluasi Komunikasi Penanganan Pandemi Covid-19

26 Mei 2020   19:41 Diperbarui: 26 Mei 2020   19:39 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan tetap mempertimbangan faktor yang mempengaruhi, aspek komunikasi publik yang bisa dievaluasi meliputi: 1) siapa penyusun pesan, 2) sinergitas komunikasi internal pemerintah, 3) jenis pesan yang ingin disampaikan/pesan kunci, 3) media/kanal yang digunakan, 4) desiminasi data dan informasi yang benar serta terverifikasi, 5) respon masyarakat, 6) periodesasi penyampaian informasi, dan 7) peran serta pentahelix

Hasil dari adanya kesamaan makna disini yakni munculnya narasi tunggal dalam kanal satu pintu yang dikelola pemerintah melalui platform resmi dan juru bicaranya. Sementara bagi masyarakat yakni terciptanya kesadaran, kepatuhan, dan kedisiplinan atas kesehatan sosial selama pandemi. Disamping itu juga kesadaran atas informasi dalam bentuk literasi media.

Adanya kepercayaan publik kepada pemerintah

Adanya pemaknaan yang sama tentu berimbas pada penciptaan kondisi masyarakat yang tenang, sehingga masyarakat akan paham apa yang harus mereka lakukan bagi lingkungan terdekatnya, dan disini akan terbangun persepsi bahwa negara hadir, tanggap, dan dapat mengendalikan situasi yang terjadi.

Dalam hal ini, tidak melempar isu yang masih berupa wacana kepada masyarakat merupakan hal yang harus diambil pemerintah. Pengelolaan data dan kebijakan harus linier dan disamakan terlebih dahulu sebagai pesan kunci yang akan disampaikan.

Indikator kepercayaan publik kepada masyarakat diantaranya: 1) kemampuan komunikasi seorang pimpinan, 2) tingkat keberhasilan pemerintah dalam mengelola manajemen isu dan manajemen krisis selama masa pandemi, dan 3) kemampuan meyakinkan publik atas berbagai informasi yang beredar termasuk transparansi data dan informasi.

Sosok pimpinan dalam menyampaikan pesan memiliki andil. Dalam sebuah retorika persuasi, ada tiga faktor suatu ajakan atau imbauan untuk mencapai gol yang efektif. Faktor yang dimaksud, ethos (kredibilitas pembicara), logos (argument yang logis) dan pathos (hubungan emosional antara pembicara dengan warganya). [3]

Kepercayaan publik kepada pemerintah merupakan modal utama dan aset terbesar dalam ranah eksistensi dan pengakuan masyarakat terhadap kinerja pemerintahnya. Tentu jalinan ini bisa dikatakan berhasil ketika interaksi pemerintah dan masyarakatnya terjalin dengan baik.

Menuju nation branding yang positif

Soemirat dan Ardianto (2004) menjelaskan efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra/reputasi. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang [4]. Pemerintah dalam melakukan komunikasi publik secara tidak langsung akan menimbulkan perilaku tertentu yang berpengaruh pada reputasi pemerintah dan negara itu sendiri.

Tujuan nation branding, yaitu untuk mengukur, membangun, dan mengelola reputasi positif suatu negara. Dalam kaitannya dengan pandemi Covid-19 ini adalah bagaimana Indonesia berhasil dalam mengendalikan laju kasus Covid-19 dan sukses mengatasi pandemi ini, termasuk dalam proses menuju pemulihan pasca pandemi Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun