Mohon tunggu...
Isra Nabila Harmelia Putri
Isra Nabila Harmelia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Perkenalkan nama saya Isra Nabila Harmelia Putri seorang mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Bawah Jembatan

12 Juli 2024   15:25 Diperbarui: 12 Juli 2024   15:34 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hei, berhenti! Akan kami berikan uangnya! HEI, BERHENTILAH! Tolong berhentilah!" Tangisanku tak kalah kencangnya dengan teriakanku. Mereka tidak ada hentinya untuk memukul, menginjak, dan meludahi Gilang. 

Jantungku berdegup tak karuan, Gilang terkapar tak berdaya dibawah hantaman mereka. Akupun juga habis dipukuli, namun pukulan yang mereka berikan kepadaku tak sesakit pukulan yang mereka berikan pada Gilang. 

Aku bersumpah, aku sudah berusaha melawan mereka. Aku bersumpah, aku sudah mengatakan akan menyerahkan uang kami. Aku sungguh sudah berusaha menghentikan mereka. 

"GILANG!!!" Teriakanku mengisi gelap dan sepinya jalanan ini. Para geng motor itu segera kabur setelah melihat Gilang sudah penuh dengan darah. 

"Lang, bangunlah! Aku mohon, ayo kita ke rumah sakit! Gilang, ayolah angkat sedikit tubuhmu!" ucapku dengan tangisan yang tiada hentinya yang berusaha mengangkat tubuh Gilang. 

"Nia, ti---dak per---lu. Dimana u---ang kita? Pulanglah, ba---wa makanan! Terima kasih su--- dah mem---berikan a---ku kehidupan." Suaranya terputus-putus, jantungnya terasa tidak sanggup lagi berdetak. Gilang menghembuskan napas terakhirnya. Gilang sudah meninggalkan kami! 

Hari-hari setelah kepergian Gilang membuat jembatan ini kembali tidak hidup. Kami sibuk termenung. Tak ada bersuara, tak bekerja, tak ada uang, dan tak ada makanan. Kami tidak pernah seperti ini sebelumnya, sehingga disaat seperti ini aku benar-benar tidak tahu harus apa. Yang aku lakukan hanya termenung hari demi hari. Sudah seminggu semenjak kepergian Gilang, makanan habis, uang habis, dan kami kelaparan, tapi aku tak beranjak dari dudukku sedikitpun. 

"Nia, aku dan Kiki akan keluar mencari makan, Aisya sakit." Ucap Gani. 

Tak pernah aku sadari, mereka sudah dua hari tidak makan. Aisya, anak sekecil itu hidup dengan perutnya yang kosong. Badannya menggigil dan sangat pucat. Apa yang aku lakukan? Aku kembali diam, tak berani keluar. 

Aku memegang tangan Gani. "Jangan kemana-mana! Jangan ada yang keluar dari jembatan ini!" Rasa trauma itu nyata, aku masih terbayang-bayang rasa kesakitan Gilang saat itu. 

"Nia, sadarlah! Kita sudah seminggu tidak keluar rumah. Sudah tidak ada makanan, Nia. Kita semua sudah kelaparan. Aku sadar dengan kita diam seperti ini dan selalu teringat Gilang tidak akan membuatnya kembali. Gilang tak akan pernah kembali." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun