3. Laba kotor ditahun 2013 Rp.11.496.000 dan meningkat sebesar Rp.175.000 sehingga laba kotor di tahun 2014 sebesar Rp.11.671.000
4. EBIT di tahun 2013 sebesar Rp.2.671.000dan di tahun 2014 mengalami kerugian sebesar 575.000 sehingga di tahun 2014 hanya sebesar Rp.2.096.000.
5. EAIT di tahun 2013 sebesar Rp.2.671.000 dan tahun 2014 sebesar Rp.2.096.000. halini EAIT di tahun 2013 dan 2014 tidak mengalami perubahan karena perusahaan ini belum di perhitungkan bunga dan pajak. Sehingga hasil EAIT sama dengan EBIT.
6. Tahun 2013 dan 2014 tidak ada biaya bunga dan pajak.
Ratio Profitabilitas
Dari pengukuran ratio profitabilitas dapat dilihat kondisi dan posisi perusahaan yang terlihat tabel7.
Hasil pengukuran Ratio Profitabilitastahun 2013 dan 2014
- Profitabilitas
- Â
- 2013
- 2014
- Standar
- Industri
- Gross profit
- margin
- Â
- 57%
- 51%
- 30%
- Net Profit
- Margin
- 13%
- 11%
- 20%
- ROI
- Â
- 0,034%
- 0,035%
- 30%
- ROE
- Â
- 0,034%
- 0,035%
- 40%
Sumber : Data primer, diolah
Ratio Profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari industri pengolahan cokelat. Hasil pengukuran dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen, untuk menentukan keberhasilan target untuk periode atau beberapa periode. Untuk mengukur tingkat keuntungan usaha ini dengan menggunakan jenis ratio profit margin, ROI, dan ROE.Â
Standar industri untuk gross profit margin adalah 30% Net profit Margin adalah 20% ROI adalah 30% dan ROE adalah 40% Hasil pengukuran berdasarkan laporan keuanagan laba rugi dan neraca menunjukkan bahwa hasil untuk Gross Profit Margin yaitu laba yang relatif terhadap perusahaan, rata-rata industri untuk grosfrofit margin adalah 30%.Â
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada tahun pada tahun 2013 sebesar 57% dan 2014 sebesar 51% Artinya perusahaan ini dalam keadaan baik. Tetapi untuk hasil pengukuran Net Profit tahun 2013 dan 2014 hasilnya menunjukkan di bawah rata- rata industri artinnya industri ini tidak mampu dalam mendapatkan keuntungan.
Hasil pengukuran untuk ROI di tahun 2013 menunjukkan bahwa tingkat pengambilan investasi yang di perolehnya hanya sebesar 0,034%. Â Kemudian di tahun 2014 hanya sebesar 0,035%. Â Artinnyan, hasil pengambilan investasi bertambah 0,01% dan ini menunjukkan ketidak mampuan manajeman untuk memperoleh ROI.Â