Mohon tunggu...
Isra Amin Ali
Isra Amin Ali Mohon Tunggu... Wiraswasta - KTP

"Dari BANDA NEIRA Menjadi INDONESIA"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

MATALENCO (Cerita Pala dan Kejayaan Kolonial di Pulau Ay - Banda Neira)

6 September 2024   14:32 Diperbarui: 6 September 2024   15:02 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis di Gerbang Perk Matalenco/Sumber : dokumentasi Pribadi

Negeri rempah-rempah

Matalenco

Pada tahun 1883 tercatat secara bersama kepemilikan/penyewa atau pemegang saham atas Perk Matalenco ada 3 orang yaitu : E. Herrerbrugh, Ny. Hahn, keluarga Versteegh, namun kepemilikan saham terbesar ada pada keluarga Herrerbrugh. Administrator Perk Matalenco saat itu adalah Andries Michiel Herrerbrugh beliau bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun pala, memastikan hasil dan kualitas panen, penjualan, menangani para pekerja, dan lain-lain.

Jumlah pohon Pala yang ada dalam kawasan Perk Matalenco pada tahun 1883 sebanyak 9.344 pohon, dengan jumlah pekerja terdiri dari 27 pekerja bebas, 22 pekerja pemerintah (biasanya untuk tenaga medis, mandor, akuntan, tenaga adminsitrasi, dan lain-lain) serta 9 pekerja exile (orang buangan karena melawan Pemerintah Belanda di daerah asalnya). Biji Pala dan Fuly yang dihasilkan oleh perk ini fluktuatif disebabkan oleh berbagai faktor seperti bencana alam (kekeringan dan badai), kekurangan tenaga kerja, penyakit, perang, dan lain sebagainya.

Penulis di Kawasan Perkebunan Pala Matalenco/ Sumber : Doumentasi Pribadi
Penulis di Kawasan Perkebunan Pala Matalenco/ Sumber : Doumentasi Pribadi

Hasil panen Pala dari 6 Perk di Pulau Ay pernah mengalami titik terendah yaitu pada tahun 1778 akibat badai dahsyat yang merusak 90 persen tanaman pala di pulau itu. Pasca kejadian itu, bertahun-tahun lamanya hasil Pala tidak melebihi 100 Pikul/tahun (1 pikul = 60 Kg). Baru di awal tahun 1800-an hasil panen Pala mulai meningkat mencapai 400 pikul/tahun dan semenjak itu produksi Pala dari Pulau Ay terus meningkat menjadi 780 pikul/tahun antara tahun 1830-1840, dan terus meningkat menjadi rata-rata 940 pikul antara tahun 1840-1850. Angka produksi ini mengalami peningkatan tajam sejak tahun 1852 karena Pemerintah Hindia Belanda memasok tambahan pekerja perkebunan ke perk-perk yang ada.

Masa-masa keemasan ini harus berakhir akibat terjadi Perang Dunia II (1937-1945), ekspor pala menjadi terhenti, para Perkenier ditawan oleh serdadu Jepang, perkebunan pala terbengkalai, para pekerja banting setir mencari sumber penghidupan lain, dan tanaman pala mulai berganti ke tanaman pangan. Kondisi ini berlangsung sampai ke masa kemerdekaan Indonesia, yang mana sebagian besar Perkenier termasuk terpaksa kembali ke Negeri Belanda dan meninggalkan perkebunan-perkebunan termasuk Perk Matalenco dan segala kemewahan yang pernah dimiliki oleh mereka.

Buah Pala (myristica fragrans)/ Sumber : CV. Mitra Bibit
Buah Pala (myristica fragrans)/ Sumber : CV. Mitra Bibit

Akhirnya pada tahun 1958 terbit UU No. 86 tentang Nasionalisasi Perkebunan eks Kolonial Belanda menjadi Perkebunan Negara dan ditegaskan lagi dengan Peraturan Pemerintah Republk Indonesia Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan Pertanian/Perkebunan yang dikenakan Nasionalisasi. Seluruh Perk yang ada di Kepulauan Banda termasuk Perk-Perk yang berada di bawah Bendera Perusahaan NV. Mij "Matalenco" seperti : Matalenco dan Kleinzand di Pulau Ay, serta Spantjebij, Everts, dan Lust di Pulau Banda Besar terkena Nasionalisasi, dengan demikian statusnya resmi menjadi milik Negara Republik Indonesia dan dikelola oleh Perusahaan Negara Perkebunan/PNP - XXVIII sampai pada tahun 1985.

Selanjutnya pada tahun 1986 Pemerintah Daerah membentuk PT. Perkebunan Pala Banda, sampai kebangkrutannya di tahun 1994.  Saat ini seluruh Perkebunan Pala (Perk) ex-Belanda sudah dikelola secara swadaya oleh masyarakat Banda sesuai dengan pembagian Blok/kavling.

Siapapun pengelolanya saat ini dan bagaimana kondisinya,  Matalenco tetap menjadi salah satu bukti dari cerita tentang harumnya buah Pala, cerita tentang petualangan, kejayaan, keserakahan, malapetaka, dan romantisme sejarah antara kaum penjajah dan kaum terjajah yang pernah terjadi di Banda Neira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun