Tidak diketahui jelas apa makna dari "Matalenco", yang pasti ada sesuatu harapan yang baik di balik pemberian nama atas Perkebunan Pala (Perk/Perken) yang sudah ada 400 tahun yang lalu. Matalenco adalah satu dari enam Perk peninggalan VOC di Pulau Ay (Banda Neira). Bangunan Perk Matalenco dan Perk Welvaren adalah 2 Perk yang situsnya masih terlihat walaupun dalam kondisi yang rusak parah.
Adapun 6 Perk yang terdapat di Pulau Ay antara lain :
- Welvaren
- Westklip
- Weltevreden
- Werwatching
- Kleinzand
- Matalenco
Secara geografis Perk Matalenco terletak disebelah timur Pulau Ay dan berbatasan dengan Laut, perk seluas 37 Ha ini di bagian Utaranya berbatasan langsung dengan Perk Weltevreden, di sebelah Barat dengan Perk Welvaren, serta Perk Kleinzand dibagian Selatan. Kawasan Perk Matalenco ini juga meliputi Gunung Kota Perempuan dan Gunung Batu Dua, serta Kampung Timor yang merupakan salah satu kawasan pemukiman yang ada di Pulau Ay saat itu.
Kini Bangunan Perk Matalenco hanya menyisakan Pintu Gerbang dan beberapa reruntuhan tembok bekas bangunan pengasapan pala, kantor administrator, gudang pala, perumahan pegawai, dan barak-barak pekerja yang sebagian besar sudah hilang dan berganti dengan pemukiman wargaPemilik atau Penyewa Perk Matalenco ini sering berganti sesuai dengan kontrak dan kesepakatan dengan pihak VOC atau pemerintah Hindia Belanda pasca bubarnya VOC, selain itu kepemilikan Perk ini tidak selamanya dimiliki oleh 1 orang saja, tetapi bisa beberapa orang yang menyewa atau menanamkan modalnya (pemegang saham) atas perk tersebut.
Sampai pada tahun 1875 tercatat dalam Prasasti yang ada dibagian atas Gerbang Matalenco, kepemilikan Perk ada pada keluarga "Herrerbrugh". Tulisan dalam prasasti yang berbahasa Belanda tersebut yaitu :
Deze port
Is hersteld op den 1 Mei 1875
Door my
“Andries Michiel Herrerbrugh”
Be heebder van Het
Specery Land
Matalenco
Untuk terjemahan bebas dalam Bahasa Indonesia kurang lebih :
Gerbang ini
Diperbaharui pada 1 mei 1875
oleh saya : “Andries Michiel Herrerbrugh”
Pemiliknya itu
Negeri rempah-rempah
Matalenco
Pada tahun 1883 tercatat secara bersama kepemilikan/penyewa atau pemegang saham atas Perk Matalenco ada 3 orang yaitu : E. Herrerbrugh, Ny. Hahn, keluarga Versteegh, namun kepemilikan saham terbesar ada pada keluarga Herrerbrugh. Administrator Perk Matalenco saat itu adalah Andries Michiel Herrerbrugh beliau bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun pala, memastikan hasil dan kualitas panen, penjualan, menangani para pekerja, dan lain-lain.
Jumlah pohon Pala yang ada dalam kawasan Perk Matalenco pada tahun 1883 sebanyak 9.344 pohon, dengan jumlah pekerja terdiri dari 27 pekerja bebas, 22 pekerja pemerintah (biasanya untuk tenaga medis, mandor, akuntan, tenaga adminsitrasi, dan lain-lain) serta 9 pekerja exile (orang buangan karena melawan Pemerintah Belanda di daerah asalnya). Biji Pala dan Fuly yang dihasilkan oleh perk ini fluktuatif disebabkan oleh berbagai faktor seperti bencana alam (kekeringan dan badai), kekurangan tenaga kerja, penyakit, perang, dan lain sebagainya.
Hasil panen Pala dari 6 Perk di Pulau Ay pernah mengalami titik terendah yaitu pada tahun 1778 akibat badai dahsyat yang merusak 90 persen tanaman pala di pulau itu. Pasca kejadian itu, bertahun-tahun lamanya hasil Pala tidak melebihi 100 Pikul/tahun (1 pikul = 60 Kg). Baru di awal tahun 1800-an hasil panen Pala mulai meningkat mencapai 400 pikul/tahun dan semenjak itu produksi Pala dari Pulau Ay terus meningkat menjadi 780 pikul/tahun antara tahun 1830-1840, dan terus meningkat menjadi rata-rata 940 pikul antara tahun 1840-1850. Angka produksi ini mengalami peningkatan tajam sejak tahun 1852 karena Pemerintah Hindia Belanda memasok tambahan pekerja perkebunan ke perk-perk yang ada.
Masa-masa keemasan ini harus berakhir akibat terjadi Perang Dunia II (1937-1945), ekspor pala menjadi terhenti, para Perkenier ditawan oleh serdadu Jepang, perkebunan pala terbengkalai, para pekerja banting setir mencari sumber penghidupan lain, dan tanaman pala mulai berganti ke tanaman pangan. Kondisi ini berlangsung sampai ke masa kemerdekaan Indonesia, yang mana sebagian besar Perkenier termasuk terpaksa kembali ke Negeri Belanda dan meninggalkan perkebunan-perkebunan termasuk Perk Matalenco dan segala kemewahan yang pernah dimiliki oleh mereka.
Akhirnya pada tahun 1958 terbit UU No. 86 tentang Nasionalisasi Perkebunan eks Kolonial Belanda menjadi Perkebunan Negara dan ditegaskan lagi dengan Peraturan Pemerintah Republk Indonesia Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan Pertanian/Perkebunan yang dikenakan Nasionalisasi. Seluruh Perk yang ada di Kepulauan Banda termasuk Perk-Perk yang berada di bawah Bendera Perusahaan NV. Mij "Matalenco" seperti : Matalenco dan Kleinzand di Pulau Ay, serta Spantjebij, Everts, dan Lust di Pulau Banda Besar terkena Nasionalisasi, dengan demikian statusnya resmi menjadi milik Negara Republik Indonesia dan dikelola oleh Perusahaan Negara Perkebunan/PNP - XXVIII sampai pada tahun 1985.
Selanjutnya pada tahun 1986 Pemerintah Daerah membentuk PT. Perkebunan Pala Banda, sampai kebangkrutannya di tahun 1994. Saat ini seluruh Perkebunan Pala (Perk) ex-Belanda sudah dikelola secara swadaya oleh masyarakat Banda sesuai dengan pembagian Blok/kavling.
Siapapun pengelolanya saat ini dan bagaimana kondisinya, Matalenco tetap menjadi salah satu bukti dari cerita tentang harumnya buah Pala, cerita tentang petualangan, kejayaan, keserakahan, malapetaka, dan romantisme sejarah antara kaum penjajah dan kaum terjajah yang pernah terjadi di Banda Neira.
Sebuah Catatan dari Pulau Ay -- Banda Neira
Oleh : Isra Amin Ali
(Pemerhati Sejarah dan Budaya Banda)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H