Mohon tunggu...
Isra Amin Ali
Isra Amin Ali Mohon Tunggu... Wiraswasta - KTP

"Dari BANDA NEIRA Menjadi INDONESIA"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) di Banda Neira (72 Tahun Tugu Penyambutan RIS, 27 Desember 1949-27 Desember 2021)

27 Desember 2021   06:41 Diperbarui: 27 Desember 2021   08:06 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu RIS di Alun-alun Kota Neira, Kec. Banda.  Sumber: Dokumentasi Pribadi

Indonesia merupakan sebuah negara bangsa (nation state) yang terdiri dari beragam suku bangsa, bahasa, agama, serta kebudayaan dan tentu saja kaya akan sejarah.  Namun, dewasa ini, kita dihadapkan pada persoalan rendahnya minat generasi muda akan sejarah bangsa sendiri. Sejarah kerap kali dianggap sebagai hal yang membosankan dan tidak menarik. Dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, sejarah seakan dilupakan dan disangkal. Banyak yang berpikiran, sejarah identik dengan belajar masa lalu dan tidak memberikan keuntungan finansial atau bernilai komersial.

Salah satu founding fathers kita (Ir. Soekarno) pernah menyampaikan dalam pidato terakhir beliau di masa jabatannya sebagai Presiden pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-21 (tanggal 17 Agustus 1966) . Pidato yang berjudul "Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah (Jas Merah)".  Isi pidato ini mengingatkan kita untuk tidak melupakan sejarah. Apapun yang telah kita capai di masa lampau adalah awal jalan apa yang akan kita capai di masa sekarang dan bekal nanti di masa depan.

Hampir semua wilayah di Indonesia menyimpan bukti-bukti sejarah perjalanan bangsa ini,  baik itu dari era pra-kolonial, era kolonial (Portugis, Belanda, Inggris, Jepang), sampai pada era kemerdekaan.  Begitupun juga dengan Banda Neira sebuah gugus kepulauan kecil nun jauh di Timur Indonesia tepatnya di Provinsi Maluku begitu banyak menyimpan bukti-bukti hitam dan putihnya sejarah perjalanan bangsa dan negara Indonesia. Salah satu jejak sejarah bangsa Indonesia (pasca kolonial) yang hingga kini masih berdiri kokoh yaitu Tugu penyambutan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).

Tugu Beton yang berbentuk Obelisk dengan tinggi kurang lebih 3 meter ini merupakan salah satu saksi bisu sejarah perjalanan negara Republik Indonesia. Tugu yang terletak di alun-alun kota Neira (Lapangan Segi Tiga -- Desa Nusantara) ini dibangun atas perintah Presiden Negara Indonesia Timur (NIT) Tjokorda Gde Raka Soekawati dan diresmikan sendiri oleh beliau saat mengunjungi Banda.

Pembangunan tugu ini dilakukan oleh masyarakat Banda pada era Camat atau KPS (Kepala Pemerintahan Setempat) A. A. Pattisahusiwa sebagai bentuk penyambutan atas pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat 27 Desember 1949.

Pada prasasti di tugu tersebut bertuliskan :

TUGU

TJIPTAAN RAKJAT BANDA

UNTUK PENJAMBUTAN

KEMERDEKAAN DAN KEDAULATAN

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

27 -- 12 -- 1949

 

Pada sisi lain di Tugu tersebut terdapat prasasti yang bertuliskan :

PANTJA SILA

5 DASAR

  • Ketuhanan jang Maha Esa
  • Kebangsaan Indonesia
  • Perdamaian Rakjat
  • Kemanusiaan
  • Keadilan Sosial

 

Dan di satu sisinya lagi di Tugu tersebut terdapat prasasti dengan pahatan  peta wilayah  Republik Indonesia, Bendera Merah Putih, dan Pita yang yang bertuliskan REPUBLIK INDONESIA SERIKAT.

Prasasti pada Tugu Penyambutan RIS di Banda.  Sumber: Dokumentasi Pribadi
Prasasti pada Tugu Penyambutan RIS di Banda.  Sumber: Dokumentasi Pribadi
 

Sejarah Republik Indonesia Serikat (RIS) dilatar belakangi oleh Agresi Militer Belanda II yang berujung terjadinya pertempuran-pertempuran antara pihak RI dengan Belanda. Akibat dari agresi militer tersebut, Belanda mendapat kecaman dari pihak internasional dan berujung dengan beberapa perjanjian antara Indonesia dengan Belanda. Salah satunya yaitu Konferensi Meja Bundar yang terjadi pada tanggal 23 Agustus - 2 November 1949. Pertemuan tersebut diprakarsai oleh UNCI  (United Nations Commission for Indonesia) dan dilaksanakan di Den Haag-Belanda. Pertemuan ini dihadiri oleh pihak Belanda, Indonesia dan BFO, Delegasi Indonesia saat itu dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta. Salah satu hasil dari dari Konferensi Meja Bundar (KMB) yaitu Membentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).

Tanggal 14 November 1949 di Jakarta, wakil dari semua anggota BFO dan pemerintah Indonesia menandatangani konstitusi RIS. Sementara itu, sejak awal Desember 1949 di Yogyakarta KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)  mulai membahas hasil KMB.  Akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 upacara penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah Indonesia Serikat berlangsung bersamaan di dua tempat. di Paleis op de Dam di Amsterdam - Belanda. Perdana menteri RIS Mohammad Hatta atas nama pemerintah RIS, menerima kedaulatan dari Ratu Juliana, dan di Jakarta, Wakil Perdana Menteri RIS, Hamengku Buwono IX menerima kedaulatan RIS dari wakil tinggi mahkota Belanda, A. H. J. Lovink.

Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) ini terdiri atas 7 negara bagian dan 9 daerah otonom yaitu : Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatra Timur, dan Negara Sumatra Selatan. Sementara yang termasuk ke dalam 9 daerah otonom adalah Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, Bangka, Belitung, dan Riau.

Sebagai akibat dari banyak permasalahan yang dihadapi serta terjadi penolakan-penolakan dari berbagai daerah yang menginginkan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lewat berbagai proses akhirnya bertepatan dengan momen    17 Agustus 1950 presiden Soekarno menandatangani Rancangan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (UUDS 1950) maka Negara RIS dinyatakan bubar dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Negara RIS ini hanya berumur kurang lebih 8 bulan (27 Desember 1949 -- 17 Agustus 1950).

Peta Negara RIS.  Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=1JhCT-AA-D8
Peta Negara RIS.  Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=1JhCT-AA-D8

 Menjelang dan pasca pembubarannya, banyak pihak Federalis yang Pro akan RIS  atau yang tidak setuju dengan NKRI karena berbagai alasan mulai melakukan aksi-aksi protes sampai dengan ingin memisahkan diri dari NKRI.  Salah satu bentuk yang ekstrim adalah Gerakan Separatis RMS (Republik Maluku Selatan), yang diproklamirkan pada tanggal 25 April 1950 oleh Christian Robbert Steven Soumokil (ex-Jaksa Agung Negara Indonesia Timur), Gerakan ini bertujuan untuk membentuk negara sendiri dengan dukungan para ex-Serdadu KNIL asal Ambon serta dukungan tersirat dari Pemerintah Belanda.

Gerakan separatis ini berpusat di Pulau Ambon dan Seram, dalam upaya menggalang dukungan masyarakat mereka melakukan intimidasi dan menebar terror serta melakukan penangkapan dan pembunuhan  kepada masyarakat juga tokoh-tokoh yang tidak bersedia untuk bergabung.  Banda Neira adalah salah satu daerah di Maluku bagian selatan yang menolak keras gerakan separatis tersebut, hal ini terbukti ketika pemerintah pusat melancarkan aksi untuk menumpas sisa-sisa pasukan dan simpatisan RMS dengan mengirim Batalyon BADAK HITAM dari Sumatera di bawah pimpinan Kapten Alamsyah mereka memilih Banda Neira sebagai Markas Utama. 

Batalyon Badak Hitam berada di Banda Neira selama 1 tahun (1951 -- 1952) setelah itu mereka ditugaskan untuk menumpas pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi. Selama berada di Banda Neira pasukan Badak Hitam berbaur dengan masyarakat melakukan kegiatan-kegiatan sosial, menanmkan jiwa nasionalisme dan patriotisme serta merekrut pemuda-pemuda Banda untuk dilatih dan menjadi relawan dalam mendukung aksi penumpasan RMS.

Banda Neira dan manusianya adalah bagian dari sejarah dan pernah mengalami pahit getirnya zaman, dengan segala kelebihan dan kekurangannya Banda Neira beserta manusianya selalu menjunjung tinggi nasionalisme dan tetap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sampai kapanpun... !

NKRI HARGA MATI ...!!!

 

Banda Neira, 27 Desember 2021

(Isra Al-Amin)

Pemerhati Sejarah dan Budaya Banda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun