Sesuatu ini tidak mempunyai makna yang intrinsik karena makna yang dikenakan pada sesuatu ini lebih merupakan produk interaksi simbolis. Bagi Blumer, "sesuatu" itu bisa berupa fenomena alam, fenomena artifisial, tindakan seseorang baik verbal maupun nonverbal, dan apa saja yang patut "dimaknakan".Â
Menurut Blumer, sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu aktor melakukan serangkaian kegiatan olah mental, seperti: memilih, memeriksa, mengelompokkan, membandingkan, memprediksi, dan mentransformasi makna dalam kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya.Â
Pemberian makna tidak didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya, tetapi hasil dari proses olah mental yang terus-menerus disempurnakan seiring dengan fungsi instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan pembentukan tindakan dan sikap aktor atas sesuatu tersebut.
Tindakan manusia tidak disebabkan oleh "kekuatan luar", tidak pula disebabkan oleh "kekuatan dalam", tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut sebagai self-indication.Â
Proses self-indication adalah proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut. Dengan demikian, proses self-indication terjadi dalam konteks sosial di mana individu mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sesuai dengan pemaknaan atas tindakan itu.
Blumer mengatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons (Kamanto, 2000: 185). Makna dari simbol-simbol merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat.Â
Individu dan masyarakat merupakan aktor dalam interaksi simbolik yang tidak dapat dipisahkan. Tindakan individu tidak ditentukan oleh individu itu sendiri, juga tidak ditentukan oleh masyarakat, namun oleh pengaruh keduanya. Dengan kata lain, tindakan seseorang adalah hasil dari "internal dan eksternal stimulasi" (Sarmini, 2002: 53).
FILM GADIS DI RUANG TUNGGU DALAM PANDANGAN TEORI BLUMER
1. Jaka merupakan seorang eksekutif muda yang dalam hal ini juga merupakan seorang pasien , gambaran sosok Jaka yang sedang mengalami sakit kepala akibat banyak masalah dalm hidupnya, ia tunjukkan dalam sikap yang tidak sabar dalam mengantri, emosional dan blak-blakan dalam berbicara serta menunjukkan ekspresi yang kurang bersahabat kepada suster maupun pasien-pasien yang lain, dan seakan-akan sakitnya lebih parah dari pasien yang lain.
Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Jaka dalam pandangan Blumer pada adegan film ini yaitu :
- Dia merasa bahwa aspek Waktu saat itu sangatlah penting untuk dia diperiksa dan segera diberi obat supaya sakitnya bisa sembuh dan dalam waktu yang secepatnya dia bisa kembali ke Kantor untuk mengikuti proses tender proyek, dalam hal ini sejalan dengan pandangan Blumer yaitu seseorang akan memberi pemaknaan kepada sesuatu ketika sesuatu itu Penting bagi Dirinya.
- Ketika dia berinteraksi dengan Hanah, di mana secara langsung Jaka menyampaikan kejengkelan dan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya seperti kalah tender, internet yang mati, mobilnya menabrak pagar, istrinya yang sudah satu bulan bulan berada di Bali untuk meditasi dan lain-lain, Â penjelasan atas masalahnya itu mendapat respon dari Hanah dengan berupaya menghibur dan dengan tulus membantu dengan cara menukar nomor antrian agar Jaka bisa diperiksa terlebih dahulu. Â Hal ini berlanjut ketika Jaka berkomunikasi dengan Suster mengenai sakit yang diderita oleh Hanah, ketika suster menjelaskan Jaka tersadar bahwa ternyata penyakit yang diderita Hanah sangatlah berat dan belum sebanding dengan sakitnya. Â Dari gambaran ini dapat diketahui bahwa proses pemaknaan hanya bisa dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain atau terhadap sesuatu melalui Fakta Interaksi Sosial.
- Setelah mendapat penjelasan dari Suster terkait dengan penyakit yang diderita oleh Hanah sangatlah berat, maka Jaka yang tadinya hendak menggunakan kartu antri Hanah untuk memeriksa di dokter, akhirnya berpikir kembali dan hatinya menjadi luluh dan dengan seketika ia merasa kondisinya (sakit kepala) makin membaik dan dengan tulus dia meminta maaf kepada Hanah dan menuntun Hanah ke ruang periksa dokter. Â Dari gambaran di atas menunjukkan Jaka awalnya mengalami Mis Intepretasi atas kondisi pasien lain termasuk Hanah yang mana dia menganggap bahwa kondisi sakitnya atau beban hidupnya lebih berat dibandingkan dengan orang lain, menyadari akan hal itu jaka melakukan Re-Intepretasi atau proses pemaknaan ulang dengan cara meminta maaf dan menuntun Hanah ke ruangan dokter, Jaka menyadari bahwa apa yang dialami Hanah lebih berat dibandingkan dengan dirinya
2. Hanah merupakan seorang wanita muda dan pasien yang menderita penyakit akibat virus yang menyerang organ-organ tubuhnya satu persatu dari mulai indra pengecapnya tidak berfungsi, disusul mata sebelah kiri nya tidak dapat melihat kemudian mata kanannya dan berdasarkan vonis dokter dalam waktu yang tidak lama dia akan mengalami kehilangan fungsi organ pendengarannya.  Dalam adegan film sosok Hanah sangatlah tenang, komunikatif dan sabar seakan tidak ada beban dalam hidupnya.