Mohon tunggu...
Isna Maratu Rodiyah
Isna Maratu Rodiyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Poetry and story writer from University of Indonesia || Author Titik || Dapat disapa di FB Isna Maratu Rodiyah/ twitter @isnamaratu/ humanisna.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasulullah dan Jeruk Limau

24 April 2013   22:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:39 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu hari Rasulullah tengah duduk-duduk di dalam rumahnya. Lalu, datanglah seorang wanita kafir sembari membawa beberapa buah jeruk limau kerumahnya. Rasulullah menyambutnya dengan sesungging senyum yang bergemantung di ujung wajahnya.

Rasulullah kemudian menanyakan kabar dan apa keperluan yang membawa wanita tersebut datang kerumahnya. Setelah dirasa sudah cukup lama, maka tibalah saat Rasullah untuk makan siang bersama dengan para sahabatnya. Namun, karena wanita tersebut masih dirumah untuk bertamu, maka Rasulullah melewatkan saat makan siang dengan para sahabatnya.

Wanita tersebut lalu mengeluarkan beberapa buah jeruk limau dari dalam keranjang bawaannya, lalu diserahkan kepada Rasulullah. Sebenarnya, wanita kafir itu adalah wanita licik yang ingin mengerjai Rasulullah dan para sahabatnya. Wanita tersebut sengaja datang ke rumah Rasul pada siang hari, agar dapat memberikan jeruk limau dan menyaksikan Rasulullah dan para sahabatnya bermuka masam.

Namun apa yang terjadi? Rasulullah langsung memakan jeruk limau yang sama-sama kita tahu rasanya adalah asam. Rasulullah tak ingin mengganggu para sahabatnya yang telah datang waktu untuk makan siang, serta tak ingin mengecewakan wanita yang telah susah payah membawakannya jeruk limau yang asam tersebut.

Rasulullah memakan satu persatu jeruk limau yang asam itu, dengan tersenyum. Senyum Rasulullah manis, bukan senyum kecut, apalagi cemberut. Senyum Rasulullah manis, raut wajah beliau tak ada perubahan drastis.

Setelah jeruk tersebut habis, wanita tersebut akhirnya pamit pulang. Dan misi untuk mencelakainya, gagal.

***

Sahabatku,
Betapa banyak manusia di bumi ini yang bermuka masam terurai?
Saat mendapat masalah, saat bertemu dengan orang yang tidak disukai
Ataupun saat hatimu merasa terlukai

Lalu kapan dunia ini mendapatkan pemanisnya?

Sebuah pemanis yang termanifestasi dalam sesosok makhluk bernama manusia
Yang senantiasa menghadapi masalah dengan tersenyum walau aku tahu dadanya menyimpan bara
Yang senantiasa bersabar dengan tersenyum walau aku tahu hatinya tengah menganga terluka

Yang senantiasa kuat,

Yang senantiasa percaya,

Dan yang senantiasa berdo'a

Bahwa Allah masih ada, dan dengan bersama-Nya

Semua akan baik-baik saja

Dunia ini telah sesak dengan masamnya hidup. Jadilah pemanis. Setidaknya, wajahmu lebih layak dipandang mata. Sekadar pengalih dan penyela dalam penatnya dunia.

Semoga menginsprasi :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun