Mohon tunggu...
Isna Kholidazia
Isna Kholidazia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Harmonisasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangkitkan Gaung Literasi Demokrasi Melalui Novel Klasik "Animal Farm"

15 Juni 2023   19:41 Diperbarui: 15 Juni 2023   19:49 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kebahagiaan paling sejati terletak dalam kerja keras dan hidup sederhana...."

Kutipan diatas merupakan kutipan dalam novel Animal Farm karya George Orwell, dalam halaman 128. Ironisnya, kata-kata bijak tersebut diucapkan oleh si Napoleon (si babi licik) sebagai diplomasi dalam membodohi teman-teman binatang di peternakan Pak Jones. Faktanya justru kemewahan dan pemerasan yang terjadi, bahkan adanya sistem kelas pada binatang-binatang tersebut. Bagaimana? Sarkasme tidak?

Lho, kaitannya dengan literasi dan demokrasi apa?

Pendidikan hendaknya bersifat konstruktif atau membangun. Pendidikan bersifat kontrustif artinya pendidikan tersebut memiliki karakter yang bercirikan membawa perubahan, perubahan yang di maksud adalah jelas perubahan yang baik atau positif. Pendidikan tentu saja tidak semata di dapatkan melalui sekolah, melainkan melalui setiap apa yang tengah di lihat, di rasakan dan bahkan di dengar. Pengalaman melihat, merasakan dan mendengar ini bisa dialami sendiri atau juga melalui perantara orang lain. Sehingga terciptalah proses belajar, biak secara otodidak/ naluriah ataupun melalui pendidikan yang formal dan non formal.

Pendidikan di abad 21 dengan berbasis pada merdeka belajar, tidak terlepas dari penggunaan teknologi secara masive atau besar-besaran. Bahkan agar terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan asyik bagi peserta didik, di butuhkan berbagai media pembelajaran yang tentu selalu melibatkan tenologi. Penggunaan teknolgi ini tentu saja memiliki manfaat yang sangat banyak bagi perkembangan pendidikan peserta didik. Akan tetapi, segala sesuatu yang digunakan secara berlebih-lebihan akan berdampak buruk bahkan ini berlaku untuk sesuatu yang baik sekalipun.

Keadaan seperti ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap peran guru di sekolah yang tidak lagi dibutuhkan oleh peserta didik. Hal ini disebabkan peserta didik lebih leluasa untuk bertanya secara terbuka kepada google ataupun teknologi AI kekinian yakni Chat GPt. Hal lain yang bahkan lebih terasa dampaknya adalah, mulai sepinya perpustakaan, buku-buku fisik mulai ditinggalkan, dan minat baca atau literasi rendah.

Buku tetaplah menjadi sumber pengetahuan, tidak peduli secanggih apapun teknologi. Sebab dari buku, kita bisa memperoleh setidaknya informsi yang valid. Hal ini karena tidak semua orang secara bebas mampu membuat buku seperti sebebas seseorang menulis apapun dalam laman website seperti blog, ataupun text dalam media sosial. Buku haruslah dipertanggungjawabkan oleh penulisnya, melalui proses editing dan sunting sebelum di terbitkan dan sampai pada pembaca.

Yang mengerikan adalah....

Berdasarkan data Perpustakaan Nasional (Perpusnas) yang dikuti oleh artikel Dataindonesia.id (2022), tingkat kegemaran membaca (TGM) atau literasi masyarakat Indonesia sebesar 63,9 poin pada 2022. Skor tersebut meningkat 7,4% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 59,52 poin.Menurut wilayahnya, Yogyakarta memiliki skor TGM tertinggi secara nasional, yakni 72,29 poin. Posisi berikutnya ditempati Jawa Tengah dengan skor TGM sebesar 70,96 poin. Kemudian, skor TGM di Jawa Barat tercatat sebesar 70,1 poin. Setelahnya ada DKI Jakarta dan Jawa Timur dengan skor TGM masing-masing sebesar 68,54 poin.

Nah..dengan dikemasnya pembelajaran dalam bentuk literasi novel yang berkaitan dengan materi menjadi penting sebagai inovasi untuk membangkitkan kembali minat literasi. Sebagaimana yang tertuang dalam tujuan merdeka belajar yakni menekankan pembelajaran yang menyenangkan. Penerapan literasi ke dalam pembelajaran sangatlah penting, maka pemilihan buku yang tepat turut andil dalam minat baca peserta didik. Misalnya memahami demokrasi melalui novel klasik Animal Farm Karya George Orwell adalah alternatif yang bisa di tawarkan pada peserta didik sebagai solusi belajar demokrasi secara menyenangkan dengan menyajikan sudut pandang yang unik ala cerita fiksi namun lugas dan satire.

Lalu...kenapa Animal Farm?

Novel klasik yang sudah berumur sama tuanya dengan umur negara kita, yakni terbit pada yanggal 17 Agustus  tahun 1945 ini merupakan novel alegori politik yang ditulis Orwell pada masa Perang Dunia II sebagai satire atas totaliterisme Uni Soviet. Dianugerahi Retro Hugo Award untuk novela terbaik (1996) dan Prometheus Hall of Fame Award (2011), Animal Farm menjadi mahakarya Orwell yang melejitkan namanya.

Kekuasaan manusia digulingkan di bawah pimpinan dua babi cerdas: Snowball dan Napoleon. Namun, kekuasaan ternyata sungguh memabukkan. Demokrasi yang digaungkan perlahan berbelok kembali menjadi tiran di mana pemimpin harus selalu benar. Dualisme kepemimpinan tak bisa dibiarkan.

Bagaimana, ada muatan demokrasinya kan?

Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Dan siapa sih Orwell ini? Kenapa Dia?

Eric Arthur Blair (George Orwell) lahir pada 1903 di India,dalam masa Perang Dunia dia ikut dalam Home Guard (semacam milisi untuk mempertahankan Inggris terhadap serangan dari luar) dan bekerja untuk BBC Eastern Service mulai 1941 hingga 1943. Selaku redaksi sastra pada Tribunedia mengisi rubrik tetap komentar politik dan sastra, sambil menulis pula untuk Observer, dan kemudian Manchester Evening News. Alegori Politiknya yang unik, Animal Farm, terbit pada 1945, dan novel inilah yang bersama Nineteen Eighty-Four (1949) membuat nama tenar seluruh dunia.

Di Indonesia judul novel ini diterjemahkan menjadi Binatangisme.dan sudah bisa di dapatkan di perpustakaan nasional Ipusnas atau archieve.org atau agar lebih asyik anak-anak di wajibkan membeli buku fisiknya dengan kisaran harga 35.000 sampai 49.000 rupiah saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun