Mohon tunggu...
Isnatul Mukarromah
Isnatul Mukarromah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Filterisasi Konten Dewasa pada Anak SD

7 November 2024   10:45 Diperbarui: 7 November 2024   11:08 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filterisasi Konten Dewasa pada Anak SD

Isnatul Mukarromah

Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara, Indonesia

E-mail: 221330000963@unisnu.ac.id

Penggunaan internet memungkinkan pengguna untuk mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Baik itu untuk mendapatkan pengetahuan, informasi, atau keterampilan baru, serta berkomunikasi dengan teman dan keluarga yang jauh jadi lebih cepat dan efisien. Kesempatan ini membuat manusia semakin bergantung pada teknologi dan internet setiap saat, tidak hanya orang dewasa, tetapi juga orang tua (Anggraini & Maulidya, 2020). Pandangan orang tua terhadap penggunaan gadget di era digital ini sangat mempengaruhi cara anak-anak tumbuh, belajar, bermain, dan berinteraksi.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah memberikan dampak besar pada kehidupan anak-anak, terutama siswa Sekolah Dasar (SD). Akses internet yang mudah memberikan peluang besar bagi mereka untuk mengeksplorasi berbagai informasi edukatif yang dapat mendukung perkembangan intelektual mereka (Wang & Cheng, 2021). Namun, di sisi lain, peningkatan akses ini juga membawa risiko yang tidak bisa diabaikan, yaitu paparan terhadap konten dewasa yang tidak sesuai dengan usia mereka. Konten seperti pornografi, kekerasan, dan materi tidak pantas lainnya kini semakin mudah diakses oleh anak-anak. Oleh karena itu, penting untuk mengacu pada Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) untuk melindungi anak-anak dari paparan konten yang tidak sesuai.

Paparan terhadap konten dewasa dapat berdampak buruk pada perkembangan psikologis, emosional, dan sosial anak. Penelitian menunjukkan bahwa konten pornografi misalnya, dapat mengganggu perkembangan otak, menyebabkan gangguan emosional, dan menurunkan kemampuan bersosialisasi. Anak-anak yang sering terpapar konten semacam ini juga berisiko mengalami kecanduan, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka. Risiko ini menjadi lebih besar karena anak-anak pada usia SD masih berada dalam tahap perkembangan yang rentan (Ariyanti & Syahrani, 2023). Oleh karena itu, penting untuk memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak-anak agar dapat merancang filterisasi konten yang sesuai dengan kemampuan mereka dalam memahami dan memproses informasi.

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak-anak mengalami perkembangan kognitif melalui beberapa tahap (Sulyandari, 2021:8). Memahami tahap-tahap ini pada anak usia sekolah dasar sangat penting untuk merancang filterisasi konten yang sesuai dengan kemampuan mereka dalam memahami dan memproses informasi. Melalui pemahaman terhadap tahap perkembangan kognitif ini, kita dapat menciptakan materi yang lebih efektif dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak-anak SD (Marinda, 2020). Pengetahuan tentang kemampuan mereka dalam memahami dan memproses informasi memungkinkan kita untuk membuat konten yang lebih tepat sasaran dan bermanfaat.

Orang tua dan guru memiliki peran krusial dalam membimbing anak-anak untuk menggunakan teknologi digital secara sehat dan produktif. Sebagai teladan dan pengawas utama, orang tua bertanggung jawab memberikan pemahaman yang baik tentang penggunaan teknologi yang bijak. Mereka perlu mengajarkan batasan waktu layar, etika online, dan kesadaran akan keamanan digital. Selain itu, keterlibatan aktif orang tua dalam kegiatan langsung dengan anak-anak, seperti bermain game bersama atau melakukan aktivitas di luar ruangan, sangat penting untuk menyeimbangkan waktu yang dihabiskan di depan layar (Mauryn & Ratnaningrum, 2024).

Teknologi filterisasi konten dapat menjadi alat yang efektif untuk melindungi anak-anak dari konten dewasa. Banyak perangkat lunak dan aplikasi yang dirancang khusus untuk menyaring konten yang tidak sesuai berdasarkan kata kunci dan kategori tertentu. Salah satu fitur pada smartphone adalah kontrol orang tua dan kebiasaan digital. Selain itu, ada aplikasi YouTube Kids. YouTube menyediakan berbagai video yang diunggah oleh individu maupun kelompok. Saat menonton YouTube, pengawasan orang tua sangat penting untuk menanamkan kesadaran tentang batasan usia (remaja dan anak-anak) serta penggunaan perangkat yang bijak (Budianto et al., 2024).

Selain menyajikan video klip yang menghibur, panduan memasak, dan cara membuat mainan yang edukatif, YouTube juga memiliki konten yang bersifat kekerasan dan pornografi. Versi YouTube Kids memungkinkan orang tua untuk mengawasi dan mengontrol tontonan sesuai dengan usia dan pengalaman anak. Aplikasi ini dirancang dengan antarmuka yang lebih berwarna sehingga menarik bagi anak-anak. Penggunaan teknologi ini, orang tua dan pendidik dapat memastikan bahwa anak-anak hanya mengakses konten yang aman dan sesuai dengan usia mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun