Mohon tunggu...
Queen Shorty
Queen Shorty Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis adalah sebuah imajinasi atau bahkan sebuah kisah yang harus diabadikan dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen : Cerita Singkat Kita

26 Mei 2024   19:40 Diperbarui: 26 Mei 2024   20:13 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata orang, pantai selalu menjadi tempat terbaik untuk melupakan kesedihan. Tapi, setiap kali Alna datang kesini, kesedihan itu tak bisa ia lupakan. Belum lagi, kenangan indah dalam pikirannya selalu berputar bagai mesin waktu.


                                ***
Flashback

Suara bising keramaian di pusat kota belum juga berhenti, hari demi hari semakin banyak penduduk yang menempati kota ini. Alna tampak duduk termenung menunggu bus yang datang, sembari menggenggam sebuah buku ditangannya.

Rintik hujan kembali, awan mendung perlahan menutupi langit biru yang belum lama menampakkan keindahannya. Satu persatu rintik hujan membasahi bumi, Alna yang begitu senang tak menyadari jika dirinya perlahan basah terkena rintik hujan. Seorang lelaki yang melihatnya dari jauh, segera menghampirinya sembari membawa sebuah payung.

"Jika ingin hujan-hujanan setidaknya bukunya disimpan dulu", ucapnya sembari menatap Alna yang sedikit terkejut. Dengan sigap, Alna segera menggunakan payung tersebut. Tanpa basa-basi lelaki itu segera pergi meninggalkan Alna yang masih sibuk dengan pikirannya.


                                  ***


Setelah kejadian tadi pagi, Alna menyibukkan dirinya dengan berbagai berkas dihadapannya, agar bisa melupakan lelaki tersebut yang sudah membuat jantungnya maraton tak menentu.

"Jaketmu sudah ku keringkan, lagipula kenapa tidak memberitahuku saja, biar aku bisa menjemputmu", omel Dini, teman kerja Alna, "aku hanya tidak ingin merepotkanmu saja", jawab Alna memelas, "sekarang hujannya semakin lama berhenti, jadi aku akan menjemputmu tiap hari. Lagipula, rumah kita kan searah", 

"tapi..",  "aku tidak menerima penolakan", tegas Dini dan segera pergi.
Persahabatan mereka terbilang sudah cukup lama, namun Alna tetap merasa tidak enak jika setiap saat selalu mendapat bantuan dari temannya itu.


                                    ***


Saat perjalanan pulang Alna dan Dini sibuk mengobrol, hujan belum juga berhenti sejak tadi pagi. Namun, sebuah pemandangan dihadapannya membuat Alna harus menyuruh Dini untuk memberhentikan mobilnya. "Tunggu sebentar, aku tidak lama", jelas Alna. Ia sedikit berlari menuju sebuah toko bunga, tampak mencari sosok lelaki yang ia lihat tadi, "ada yang bisa kubantu?", suara rendah yang cukup dalam membuat Alna segera membalikkan badannya, "kamu lagi, kuharap kamu baik-baik saja saat terkena hujan tadi pagi", ucap lelaki tersebut sembari tersenyum ke arah Alna. "Aku ingin membeli bunga, menurutmu bunga apa yang paling cantik disini?", ucap Alna kikuk, lelaki tersebut tampak berpikir sejenak dan mengambil bunga aster putih, "sebentar lagi musim panas akan tiba, kurasa ini cocok denganmu", suara deheman yang begitu keras mengalihkan pandangan mereka berdua. "Alna, apa masih lama? aku sudah kelaparan", ucap Dini sembari merajuk. Alna segera membayar, dan bergegas pergi, "Alna", gumam lelaki tersebut.


                               ***


Waktu terus berputar, musim pun berganti, namun berbeda dengan Alna, perasaannya masih tetap sama. Sejak pertama kali bertemu dengan lelaki yang memberinya payung, perasaannya tidak bisa berbohong jika ia sudah jatuh cinta.

Riko, nama lelaki tersebut, sejak Alna mengetahui jika Riko bekerja di toko bunga, ia sering sekali berkunjung kesana, walaupun hanya sekedar menanyakan bagaimana cara merawat bunga dengan benar.

Hari ini Alna begitu antusias, karena hari ini ia akan bertemu dengan Riko di pantai, tempat favoritnya sejak kecil. Dari kejauhan, ia sudah bisa melihat Riko yang sedang berdiri sembari memegang sebuah bunga digenggamannya. Namun, Alna tak ingin berharap lebih, ia dan Riko belum lama berkenalan, bahkan bisa dibilang mereka belum terlalu dekat untuk mengetahui kepribadian mereka satu sama lain.

"Kamu sudah menunggu lama ya?", tanya Alna, "aku juga baru saja sampai, ada yang ingin kusampaikan padamu", sontak saja perasaan Alna melambung tinggi, 

"sejak pertama kali bertemu denganmu, aku ingin sekali lebih mengenal jauh tentangmu, mungkin ini terlalu cepat, tapi aku tidak rela jika ada orang lain yang memilikimu", jelas Riko, ia segera menyodorkan bunga mawar merah dan sebuah cincin pada Alna.

Anggukan kepala dari Alna menyatakan setuju, mereka tampak begitu bahagia.


                                  ***


"Aku iri padamu, tak perlu berpacaran, langsung dilamar", ucap Dini sembari melihat cincin yang melingkari jari manis Alna, "kamu juga pasti akan bertemu dengan lelaki yang tepat, lagipula Ari tampak serius denganmu", "entahlah, lebih baik kita membahas pakaian pernikahanmu daripada hubunganku yang semakin hari semakin hambar", jelas Dini antusias.
Sembari berbincang, Alna melihat notifikasi di layar teleponnya, namun tak ada satupun pesan dari Riko. Bahkan, hari sudah hampir sore, biasanya Riko akan memberi pesan untuk menjemputnya. "Mungkin saja ia lupa, lagipula tokonya kan sering ramai", ucap Dini yang menyadari tingkah Alna.


                                 ***


Tak jauh berbeda dengan Riko yang juga tampak bahagia karena sedang memikirkan rencana pernikahannya dengan Alna. Ia sedikit sibuk menata beberapa bunga yang sudah dipesan oleh pelanggannya.
Tiba-tiba saja, pandangannya menjadi buram setelah dihantam oleh sebuah truk yang lepas kendali dan menabrak tokonya. Pecahan kaca berserakan dimana-mana, bunga-bunga yang indah kini menjadi layu setelah dilindas truk.
Orang-orang mulai berdatangan dan membantu Riko yang sudah terbaring dilantai dengan darah yang tak berhenti mengalir dari kepalanya. Ia segera dibawa ke dalam mobil ambulan untuk segera mendapatkan perawatan. Bayangan tentang Alna kembali muncul dipikirannya, "kumohon Tuhan..", batin Riko.

Flashback off


                                   ***


Rintik hujan kembali turun, orang-orang mulai berhamburan mencari tempat berteduh, namun berbeda dengan Alna yang masih berdiri sembari memegang bunga mawar merah. "Sejak bertemu denganmu aku membenci semua hal tentang musim panas, bunga yang bermekaran, warna senja disore hari, dan juga kesejukan dipantai ini. Semoga kamu selalu tenang disana, aku mencintaimu kemarin, hari ini, dan seterusnya ", ucap Alna sembari meneteskan airmatanya.

THE END

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun