Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - editor lepas dan bloger penuh waktu

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Inkubator Literasi Pustaka Nasional: Jawa Timur Kaya Potensi!

17 Agustus 2024   12:20 Diperbarui: 17 Agustus 2024   12:41 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikutnya, tutup tulisan dengan ending yang nendang. Kita bisa meringkas atau menyebutkan poin yang sudah dibahas. Bahkan kalau perlu memunculkan pertanyaan baru untuk amplifikasi ide. Intinya, penutup harus kuat!

Alasan esai tidak lolos

Lalu, bagaimana dengan tulisan peserta lain yang tidak lolos? Lazimnya kompetisi, tentu ada parameter untuk menjaring pemenang atau finalis.

Pembahasan terlalu ilmiah, bertele-tele dengan informasi yang sebenarnya bisa ditemukan di media lain seperti internet menjadi salah satu faktor yang membuat peserta gagal.

Gunakan PoV (sudut pandang) pertama, yaitu saya, saat menulis esai. Dengan cara ini, pembaca akan merasa terlibat, seolah-olah mereka berada di tempat yang digambarkan penulis.

Selain itu, tulisan kadang tidak disajikan dengan kalimat-kalimat yang bervariasi. Narasi yang monoton akan membuat pembaca malas merampungkan artikel.

Kehadiran kutipan juga dapat menghidupkan tulisan asalkan dikemas dengan kreatif, bukan bahasa pelapor yang kaku. Sesekali kutipan langsung juga membantu.

Tulisan kadang tidak padu alias tidak koheren antarparagraf karena tidak diikat dengan transisi yang tepat. Peralihan ini penting untuk mempertahankan antusiasme pembaca.

Aditya Akbar Hakim menantang finalis untuk menggali potensi lokal lewat riset.
Aditya Akbar Hakim menantang finalis untuk menggali potensi lokal lewat riset.

Di luar dugaan, ternyata ada elemen lain yang menyebabkan tulisan kiriman peserta tidak lolos.

Aditya Akbar Hakim, anggota juri yang menjadi pembicara pamungkas, menyayangkan adanya artikel tanpa biodata padahal Perpusnas Press mensyaratkan bagian itu. 

Guru sekaligus penulis yang bukunya banyak diterbitkan di Malaysia itu meminta para peserta untuk menantang diri dalam menggali tema-tema lain di Jawa Timur yang belum banyak atau sama sekali belum diangkat lewat riset mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun