Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memuliakan Kehidupan dengan Energi Terbarukan

8 Juni 2024   13:24 Diperbarui: 8 Juni 2024   13:38 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krismaya memaparkan potensi energi terbarukan di Indonesia. (dok.pri)

"Bumi semakin panas. Jangan cuma bisa kipas-kipas!" 

Begitu tulisan pendek yang tergurat sebagai grafiti pada dinding Kampung Merbabu Asih, Kec. Harjamukti, Cirebon.

Saya berkesempatan mengunjungi RW inspiratif ini pada penghujung 2018 untuk menelisik tentang penanggulangan dampak perubahan iklim ekstrem dan praktik positif ketahanan pangan di lingkup terkecil.

Isu pemanasan global akibat emisi karbon yang berlebihan agaknya tidak disambut sebagai kebenaran. Tak sedikit yang menganggapnya sebagai gorengan isu demi keuntungan segelintir pihak saja.

Atau ada juga yang mempercayainya, tetapi enggan melakukan hal-hal antisipatif untuk mencegah dampak serius emisi karbon yang mengancam keberlangsungan masa depan umat manusia. Mereka yakin, bakal ada orang lain yang akan peduli pada isu itu.

Jebakan antroposentrisme

Tanggal 5 Juni yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup dunia mestinya jadi momen tepat untuk merenungkan sejauh mana manusia modern sudah bertindak terhadap kelestarian lingkungan.

Boleh jadi selama ini kita cenderung antroposentris sehingga menganggap bahwa lingkungan beserta isinya semata-mata harus melayani kebutuhan kita sebagai pusat dari sistem alam semesta.

Antroposentrisme berlebihan akhirnya mendorong eksplorasi dan eksploitasi alam secara masif atas nama kebutuhan yang boleh jadi manipulatif. 

Hal ini misalnya tampak dari penggunaan energi berbasis fosil yang persediaannya kian menipis sementara  populasi dunia terus meningkat. Hanya soal waktu ketika supplay dan demand tak lagi seimbang sehingga kita mesti beralih ke sumber energi terbarukan.

Energi surya, terbarukan dan berlimpah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun