Sebagai olahraga yang kompetitif, catur memungkinkan pemain bergerak dengan langkah tak terbatas. Maka jam terbang sangat dibutuhkan untuk menguasai permainan tersebut.Â
Bagi Septi, kalah dan menang adalah sebuah proses. Turnamen akan membuat Luigi mau terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan. Dengan kata lain, kekalahan dalam turnamen bukan soal besar, justru jadi momen untuk memacunya agar belajar dan berlatih lagi.
Kekalahan adalah peluang untuk menempa diri sehingga hasil terbaik bukanlah melulu kemenangan, melainkan kesadaran untuk sportif dan terus belajar. Itu pelajaran yang bisa saya petik dari Mamalui dalam mendampingi sang putra.
Cita-cita masa depanÂ
"Apa Luigi mau terus menekuni catur sampai jadi atlet profesional?" tanya seorang bloger lain sebelum sharing berakhir.
Septi menuturkan bahwa Luigi bercita-cita menjadi Youtuber yang bermain catur. Sang putra ingin mengembangkan kanal gaming catur.
"Pernah juga ia menulis cita-cita menjadi Grand Master," imbuhnya, mengingat momen chess camp di Sekolah Catur Utut Adianto.Â
Bagi Septi, yang penting anak menikmati hobinya saat ini. Entah ke depan seperti apa, anak tak boleh terbebani oleh obsesi orangtuanya, termasuk kembali ke sepak bola.Â
Kiat sukses anak bercaturÂ
Kalau ada anak yang ingin serius menekuni bidang catur, Septi mengingatkan agar orangtua berusaha menjaga kondisi fisik dan psikologis anak selalu baik, lebih-lebih saat bertanding dalam turnamen.
Seorang pecatur yang sukses harus mempertahankan keseimbangan antara fisik dan psikologis karena permainan panjang menuntut konsentrasi dan ketelitian tingkat tinggi.
Menjelang turnamen, anak dikondisikan sedemikian rupa dengan serangkaian latihan menurut anjuran pelatih, termasuk puasa gawai. Smartphone bisa menciptakan distraksi terhadap skill anak bercatur.