Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Ramadan Berkawan Buku, Merdeka dengan Ilmu

27 Maret 2024   23:29 Diperbarui: 27 Maret 2024   23:36 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau punya uang, kelaparan mungkin mudah ditaklukkan. Namun di tengah dunia yang serbacepat dan konon maju ini, rupanya problem kelaparan masih eksis. Di satu sisi, orang membuang-buang makanan (food waste) dan di sisi lain tak sedikit orang yang didera rasa lapar akut hingga berakhir dengan kematian.

Perjuangan seorang penulis miskin di kota Kristinia (sekarang Oslo) bisa menjadi pijakan untuk berpikir bahwa memang dunia tak luput dari cacat atau anomali. Kekacauan yang terjadi bisa jadi disengaja atau diorkestrasi oleh sejumlah pihak lewat monopoli. Dalam  kondisi demikian, bisakah manusia dimaklumi ketika mereka mengutuk Tuhan atas "ketidakadilan" tetapi pada saat yang sama terus berdoa demi perubahan?

Saya pikir itulah esensi Ramadan, merawat keimanan dengan optimisme, menjalani peran dengan ketulusan meskipun masih banyak hal yang belum ideal: termasuk kelaparan di muka bumi baik yang kita alami langsung atau kita sekadar amati.  

4 | Blessing in Disguise

Buku keempat ini boleh dibilang buku favorit. Dulu saya beli di sebuah pameran buku dengan harga diskon. Sesuai judulnya, Blessing in Disguise menghimpun kisah-kisah penguat hati yang ditulis dalam perspektif islami. Buku karangan Dr. Khalid 'Umar al-Disuqi ini bisa dibaca secara acak tanpa mengikuti urutan di daftar isi.

Saya suka mengulang-ulang pembacaan buku ini sebab disajikan dalam penyajian yang beragam. Ada kisah inspiratif, kisah heroik dalam tarikh, juga syair yang diterjemahkan dengan apik dari bahasa Arab. 

Kisah paling menonjol dan pernah saya tulis di blog pribadi adalah fragmen Umar ibn al-Khattab saat dirundung musibah. Alih-alih berucap istirja pada umumnya, Sang Khalifah malah berujar hamdalah sebanyak empat kali. Ketika membaca alasannya, saya tak bisa tidak cuma mengangguk dalam persetujuan.

Buku keren untuk bacaan sepanjang zaman selain La Tahzan! karya Aidh al-Qarni. Buku yang bisa dibaca lagi dan lagi saat kita merasa tersesat dan butuh pegangan atau penguatan. Tentu saja sebagai penambah asupan selain konsumsi utama dari tilawah Al-Quran selama bulan Ramadan.

Baca buku menyejukkan kalbu (Dokmentasi pribadi) 
Baca buku menyejukkan kalbu (Dokmentasi pribadi) 

Itu buku-buku yang saya baca, bagaimana dengan Sobat Kompasianer? Apa pun pilihanmu, saya yakin bahwa memutuskan tenggelam dalam buku berarti kesudian untuk menemukan ilmu dan penyegaran dari laju waktu yang mungkin kita ingin hentikan tapi tak mampu. Hidup terus berjalan dengan atau tanpa kita sepakati. 

Namun, percayalah bahwa menjadi manusia merdeka lebih membanggakan dan membahagiakan ketimbang ikut selera orang. Ikut arus tren dan viralitas mungkin bikin senang tapi cuma sesaat. Mengikuti kata hati dengan membaca buku yang mendefinisikan diri sendiri adalah salah satu keputusan terbaik yang bisa kita ambil. Bisa dimulai dari Ramadan tahun ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun