Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pantun Ramadan Sebagai Energi Masa Depan

24 Maret 2024   14:24 Diperbarui: 24 Maret 2024   14:40 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baca Quran dan resapi maknanya, Ramadan berkah (Dokumentasi pribadi)

KETIKA TAHU bahwa tema tulisan untuk tantangan Ramadan Bercerita hari ke-14 adalah membuat pantun Ramadan, sungguh berdesir hati ini. Inilah yang selama ini kucari. Pantun boleh jadi adalah karya sastra pertama yang saya kenal sebelum puisi dan bentuk karya lainnya saat SD dan SMP.

Pantun bersifat cepat dan ringkas, sangat pas untuk menyampaikan pesan secara efektif. Kehadiran sampiran (biasanya dua baris pertama) membuat pantun semakin unik karena ini jadi semacam pintu untuk mengantarkan pembaca atau pendengar sebelum merasa 'diceramahi'.

Mengenal konsep pantun

Tanpa perlu dijelaskan, orang sudah paham apa itu pantun. Tanpa tahu definisnya, setidaknya mereka sering membuat pantun di ruang publik. Misalnya sebagai pembuka pidato atau selingan acara di televisi. Enggak heran kalau akhirnya muncul tanggapan, "Cakeep!" untuk menimpali sebaris sampiran sebelum pantun tuntas dibacakan.

Yang saya ingat tentang pantun adalah biasanya terdiri dari empat baris, dengan rincian: dua baris pertama sebagai sampiran dan dua baris berikutnya sebagai isi dengan rima/sajak a-b-a-b. Kecuali pantun karmina yang hanya tersusun dari dua baris. 

Lalu 

Contoh pantun karmina:

Ke Medan membeli anggur

Di bulan Ramadan perbanyak tafakur

Contoh pantun empat baris:

Burung blekok terbangnya rendah
Berburu ikan berkawan-kawan
Janganlah keok lantaran kalah
Tetap berjuang penuh keikhlasan

Rima dan intensitas emosi pantun

Sering kali terjadi di ranah publik, termasuk medsos, empat baris kalimat yang dimaksudkan sebagai pantun adalah syair karena berakhiran sama: aaaa atau bbbb. Sebenarnya tidak terlalu signifikan, toh sama-sama terdiri dari sampiran dan isi. Namun, tetap penting sebagai pembelajaran yang solid.

Hal lain yang kerap terlupa dalam pantun adalah intensitas emosi yang terbangun di dalam sampiran dan isi. Dalam sebuah sumber pernah saya baca bahwa emosi dalam sampiran dan isi haruslah sama-sama intens. Maksudnya, jika isi berisi kemarahan, maka sampiran juga harus dirancang dengan kalimat yang bernuansa marah.

Pun jika isi bernada muram, maka sampiran mesti menunjukkan suasana muram. Intinya, baik sampiran maupun isi mesti harmonis dalam soal tone atau emosi. Berikut beberapa contoh sebagai penjelas.

Layar dibentang, naikkan sauh

Angin tropis berhembus tenang

Wabah datang, jangan mengeluh

Tetap optimistis sambut peluang


Hilang pelepah oh pohon pisang

Dimakan penyakit di luar dugaan

Gedung bertambah, sawah berkurang

Tanah menyempit, mengancam pangan


Ada kancil lari ke hutan

Hutan luas daunnya lebat

Meski kecil yang disumbangkan

Bila ikhlas tentulah hebat

Pantun Ramadan energi masa depan

Dengan pengertian dan pemahaman seperti itu, tak berlebihan jika kita bisa menyerap energi kebaikan dari pantun-pantun yang kita buat atau baca di mana pun sumbernya. Pantun bukan sekadar kata-kata, melainkan sublimasi ide dan pesan yang disusun dari pengalaman dan banyak ajaran. 

Bukankah berawal dari kata-kata perpecahan dan persatuan bisa terjadi? Bukanlah lantaran bahasa kekuatan dan kelemahan bisa diwujudkan? Maka pantun Ramadan ini marilah kita maknai, kita abadikan sebagai mantra penyebar semangat untuk meraih apa pun yang kita anggap penting di masa depan.

1.

Makan bolu cokelat terasa

Sepotong sepotong dilumat-lumat

Bedug bertalu saatnya berbuka

Jangan bengong segeralah shalat


2. 

Arafuru airnya biru

Ikan beragam sungguh berlimpah

Baca buku lembutkan kalbu

Baca Quran agar terarah


3.

Sawah digaru siapkan tanaman

Akar yang kuat pohon bersemi

Timba ilmu, tambah pengetahuan

Ramadan kuat kuatkan hati


4.

Di angkasa terdapat bintang

Bekerlip indah penuh pesona

Selagi muda tolonglah orang

Semasa tua panen pun tiba


5.

Pagi-pagi menanam bunga

Bunga sepatu indah berseri

Idulfitri di depan mata

Terus melaju jangan terhenti

6.

Lampu bohlam bersinar jernih

Nyalanya kuat terangi ruangan

Tiap malam shalat tarawih

Tetap semangat sampai lebaran 

7.

Kukira ikan ternyata ketam

Coba bebaskan dari bubu terbuka 

Tadarus bukan bersaing khatam

Baca perlahan resapi maknanya

8. 

Masak ketan sebagai bekal

Ketan lezat diparut kelapa

Ringankan tangan perbanyak amal 

Ramadan berkah semua berlipat ganda

9.

Sumur bertuah, airnya menggenang

Adakah akar yang buatnya dangkal

Umur bertambah, kesempatan berkurang

Perbanyak belajar, tingkatkan bekal

10.

Ada tempayan ada kendil

Di atas rakit mereka terapung

Keputusan yang telah diambil

Walau pahit harus ditanggung

11.

Beli avokad manis buahnya

Ditambah nangka di dekat pasar

Kejar akhirat, manfaatkan dunia

Spirit Ramadan terus berkobar 

Selamat berpuasa, selamat berpantun ria!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun