Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - editor lepas dan bloger penuh waktu

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pantun Ramadan Sebagai Energi Masa Depan

24 Maret 2024   14:24 Diperbarui: 24 Maret 2024   14:40 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kali terjadi di ranah publik, termasuk medsos, empat baris kalimat yang dimaksudkan sebagai pantun adalah syair karena berakhiran sama: aaaa atau bbbb. Sebenarnya tidak terlalu signifikan, toh sama-sama terdiri dari sampiran dan isi. Namun, tetap penting sebagai pembelajaran yang solid.

Hal lain yang kerap terlupa dalam pantun adalah intensitas emosi yang terbangun di dalam sampiran dan isi. Dalam sebuah sumber pernah saya baca bahwa emosi dalam sampiran dan isi haruslah sama-sama intens. Maksudnya, jika isi berisi kemarahan, maka sampiran juga harus dirancang dengan kalimat yang bernuansa marah.

Pun jika isi bernada muram, maka sampiran mesti menunjukkan suasana muram. Intinya, baik sampiran maupun isi mesti harmonis dalam soal tone atau emosi. Berikut beberapa contoh sebagai penjelas.

Layar dibentang, naikkan sauh

Angin tropis berhembus tenang

Wabah datang, jangan mengeluh

Tetap optimistis sambut peluang


Hilang pelepah oh pohon pisang

Dimakan penyakit di luar dugaan

Gedung bertambah, sawah berkurang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun