Sering kali terjadi di ranah publik, termasuk medsos, empat baris kalimat yang dimaksudkan sebagai pantun adalah syair karena berakhiran sama: aaaa atau bbbb. Sebenarnya tidak terlalu signifikan, toh sama-sama terdiri dari sampiran dan isi. Namun, tetap penting sebagai pembelajaran yang solid.
Hal lain yang kerap terlupa dalam pantun adalah intensitas emosi yang terbangun di dalam sampiran dan isi. Dalam sebuah sumber pernah saya baca bahwa emosi dalam sampiran dan isi haruslah sama-sama intens. Maksudnya, jika isi berisi kemarahan, maka sampiran juga harus dirancang dengan kalimat yang bernuansa marah.
Pun jika isi bernada muram, maka sampiran mesti menunjukkan suasana muram. Intinya, baik sampiran maupun isi mesti harmonis dalam soal tone atau emosi. Berikut beberapa contoh sebagai penjelas.
Layar dibentang, naikkan sauh
Angin tropis berhembus tenang
Wabah datang, jangan mengeluh
Tetap optimistis sambut peluang
Hilang pelepah oh pohon pisang
Dimakan penyakit di luar dugaan
Gedung bertambah, sawah berkurang