Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ngabuburit Asyik di Tiga Masjid

16 Maret 2024   23:06 Diperbarui: 16 Maret 2024   23:11 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Al-Mustajabah, favorit saat Ramadan maupun hari biasa. (Dokumentasi Pribadi)

NGABUBURIT sudah jadi idiom populer di Indonesia, bukan hanya di Jawa Barat tempat kata ini berasal tetapi juga di berbagai daerah baik kota maupun desa.

Masifnya teknologi digital makin mendekatkan istilah ini di banyak lapisan masyarakat, lebih-lebih selama bulan Ramadan. Ngabuburit awalnya memang bermakna bersantai menunggu sore. Lalu kata ini akrab untuk menggambarkan momen menanti azan magrib guna membatalkan puasa.

Banyak cara orang beraktivitas dalam ngabuburit. Mungkin karena dalam ngabuburit terdapat pengertian santai, maka tak heran jika kebanyakan orang betul-betul lepas saat ngabuburit. Tak perlu direncakan dengan serius atau mendetail, cukuplah jadi aktivitas pembunuh waktu bahkan mungkin membuang waktu lantaran tak paham harus ngapain menjelang berbuka.

"Kok kayak sengaja buang waktu gitu ya orang pas ngabuburit? Ga tahu harus ngapain," begitu ujar seorang sahabat suatu sore.

Apa pun pengertian dan tafsiran orang tentang ngabuburit, yang jelas pilihan pun akhirnya beragam. Bebas sesuai orang yang menjalani, juga sesuai dengan tradisi daerah setempat. Ada yang berburu kuliner di pasar takjil, ada yang naik motor atau menggowes bareng komunitas, ada yang sekadar bercengkerama bersama keluarga di rumah, dan ada pula yang menghabiskan waktu di masjid untuk mendengarkan kajian.

Tiga masjid tempat ngabuburit

Hal terakhir itulah yang ingin saya ceritakan. Selama hampir tujuh tahun di Lamongan selepas meninggalkan Bogor, ada tiga masjid yang biasa kami kunjungi pada momen menjelang berbuka. Ketiganya punya ciri khas yang membuat kami betah berulang-ulang ke sana secara bergiliran.

Menuturkan ngabuburit di masjid memang berpotensi menimbulkan kecenderungan riya, tapi tak apalah--siapa tahu ada yang terinspirasi untuk melakukan hal serupa atau mengelola masjid di tempat mereka ala ketiga masjid yang biasa kami kunjungi ini.

Ngabuburit dengan cari ilmu di Masjid Namira (Dokumentasi Pribadi)
Ngabuburit dengan cari ilmu di Masjid Namira (Dokumentasi Pribadi)

1 | Masjid Namira

Masjid yang terletak di  Desa Jotosanur Kecamatan Tikung ini menjadi masjid pertama yang kami kunjungi saat Ramadan begitu kami menetap di Lamongan. Masjidnya besar, megah, dengan banyak kegiatan menarik dan suasana yang selalu hidup--apalagi di saat bulan Ramadan.

Menjelang magrib, jemaah berdatangan di area sebelah utara dekat parkiran untuk mendengarkan kajian. Sebelum duduk di karpet yang disediakan, jemaah akan diberi kartu tipis mirip ATM sebagai kartu pass untuk mengambil makanan selepas magrib. Selain itu, petugas juga mengulurkan segelas air mineral plus sedotan dan tiga butir kurma (bagi jemaah dewasa) atau Beng-Beng (bagi pengunjung anak-anak).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun