Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Bystander Effect dan Kepedulian yang Dipertanyakan

5 Oktober 2023   10:27 Diperbarui: 27 Oktober 2023   21:34 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepedulian sosial di ruang publik harus kian digalakkan. (Foto: dok. pri)

Tak butuh waktu lama untuk menuntaskan pekerjaan sepele itu. Karena memang bukan tenaga atau materi, melainkan soal kesanggupan dan kepedulian. Inilah barangkali yang termasuk dalam fenomena bystander effect. Ketika terjadi keganjilan sosial, misal kenahasan di jalan, tak jarang orang berkerumun tapi enggan menolong. Mungkin ada yang malah sibuk mendokumentasikan. Berdasarkan penelitian psikolog, kecenderungan ini terjadi sebab orang-orang saling bergantung dan berpikiran bahwa akan ada orang yang melakukan (memberikan bantuan).

Pandawara dan pantai terkotor di Sukabumi

Kepedulian di ruang publik patut dipertanyakan pada masa kini justru saat teknologi mengalami kemajuan luar biasa. Anak-anak dan generasi muda harus didorong untuk punya sikap empati dan bukan apati. Harus ada yang memulai melakukan sesuatu walaupun terlihat tidak populer atau bahkan berpotensi dicemooh.

Kasus viral antara Pandawarayang hendak membersihkan Pantai Cibutun Loji bisakah diletakkan dalam konteks bystander effect? Saya pribadi berpikir demikian. Inisiatif mulia perlu disambut dengan kebaikan serupa, bukan asumsi untuk mencapai popularitas atau melampai pamor pihak tertentu.

Tentu ada wilayah perizinan yang harus diizinkan, tapi bahwa Pandawara telah memulai sebuah langkah konkret menjadi hal yang patut dipuji dan diteladani. Tanpa menunggu sesuatu yang bisu, mereka bergerak untuk menyelesaikan problem publik.

Banyak orang bisa menunggu lalu menyalahkan saat ada sekelompok yang mengajukan solusi. Tak sedikit orang memilih diam ketimbang berpartisipasi dalam peran publik yang menimbulkan konsekuensi dan tantangan.

Social alertness

Saya teringat pada seorang bloger gaek yang ngeblog di blogcamp.com, yakni Pakde Cholik. Jenderal bintang satu ini terkenal peduli pada sesama narablog kala itu. Banyak hadiah dan lomba mudah yang ia selenggarakan untuk menebar virus literasi. 

salah satu istilah yang saya kenang darinya adalah social alertness, yakni kesigapan untuk merespons atau memberikan reaksi sepatutnya terhadap anomali di lingkungan sekitar lewat perbuatan semampu kita. Keganjian di ranah sosial harus ditanggapi secepat mungkin tanpa menunggu ada yang memulai.

Tentunya tidak mudah memulai sesuatu. Yang lebih mudah adalah saling menyalahkan, padahal kita bisa mulai membiasakan. Kalau spirit ini hidup dalam setiap keluarga, maka dampaknya bisa sangat luar biasa. Akan tercipta lingkaran kepedulian di luar dugaan.

Tindakan kecil bisa berdampak besar, yakinilah! (Foto: seeker.com)
Tindakan kecil bisa berdampak besar, yakinilah! (Foto: seeker.com)

Mungkin ibarat the butterfly effect, kepak sayap kupu-kupu mungil di hutan Brazil yang ternyata berdampak pada terjadinya badai di Texas sebagaimana disinggung dalam paper ilmuwan Edward Norton Lorenz tahun 1972.

Sebagaimana pantai yang kotor yang disasar Pandawara, maka butiran es batu yang tesebar di jalan pun tak kalah penting ditangani. Tak perlu menunggu korban atau kejadian aneh untuk mengambil sikap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun