Dalam kadar tertentu, menerjemahkan buku sebenarnya melibatkan proses 'penafsiran' maksud penulis agar bisa dipahami oleh pembaca bahasa target. Sebab menerjemahkan, secara hakikat, adalah mengawetkan pesan dari bahasa sumber.
Kemampuan menulis membuka peluang
Â
Sepenggal fragmen masa lalu ini ingin saya tekankan sebagai pengalaman tentang pentingnya keterampilan menulis. Berkat menulis, banyak peluang terbuka. Bahkan ketika menjadi penerjemah atau editor, kemampuan menulis harus mumpuni--tentunya ditunjang dengan rakus membaca.
Terserah penulisan skripsi diwajibkan atau dibuat opsional, yang jelas mahasiswa harus mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk berlatih dan menempa diri dalam mengekspresikan ide dalam bentuk tulisan.
Saya yakin profesi apa pun yang mereka kelak tekuni, kemampuan menulis akan menjadi nilai tambah atau bahkan faktor penentu kesuksesan dalam persaingan. Menulis akan menjadi skill set yang sangat vital.
Kebijakan yang tidak mewajibkan penulisan skripsi jangan sampai menjadi pilihan eskapis mahasiswa dalam meneguhkan preferensi yang antimenulis. Sebaliknya, harus jadi tantangan untuk mencari wadah lain agar kemampuan menulis tetap dilatih dan dilestarikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H