Saya pikir inilah makna Ramadan yang sesungguhnya: bulan penyadaran bahwa saya selama ini terlalu GR atas tahun demi tahun yang penuh kenikmatan tapi berlalu tanpa kesyukuran. Ramadan demi Ramadan berlalu begitu saja tanpa aktivitas berarti yang semestinya membawa pembaruan ruhani.
Hanya dengan pemahaman seperti itu, saya kira Ramadan baru berhasil saya reguk spiritnya, bisa saya panen keberkahannya dan saya manfaatkan sebagai momentum untuk sadar diri, bukan pongah apalagi tinggi hati.Â
Ramadan adalah bulan untuk melongok pada nurani, mengorek cela dan bopeng yang selama ini saya sembunyikan. Cacat dan aib itu bukan berarti harus saya siarkan atau publikasi, tapi setidaknya saya akui sebagai titik tolak untuk mengukur apakah saya layak disebut hamba beriman yang mampu menerjemahkan spirit Ramadan dalam berbagai level kehidupan. Ataukah sebaliknya?
Pemahaman tentang makna Ramadan yang tepat akan mempermudah penyusunan agenda-agenda penting di dalamnya, mulai baca Quran dengan tedas, sedekah yang tangkas, hingga manajemen hati yang ikhlas.
Jadi, masihkah kita merasa GR sebab menangi Ramadan tahun ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H