Kisah Delisa membawa kita pada penghayatan yang begitu dalam. Tentang keikhlasan, ketaqwaan kepada Tuhan, ketabahan dan juga mengajarkan bahwa bagaimana pun masalah mendera hidup kita, selalu ada Tuhan yang menjadi penolong.
Overall, meskipun dalam buku ini, pada halaman awalnya agak sedikit menimbulkan kerancuan pembaca, tapi di lembaran-lembaran berikutnya, kalo ga nangis ~_~, patut dipertanyakan. Dan hampir tujuh tahun setelah kejadian Tsunami Aceh dan empat tahun setelah novel ini diterbitkan, HSD hadir dalam bentuk film yang tidak kalah menyentuhnya. Saya aja habis satu bungkus tisu, karena dari awal sampai akhir terus berlinangan air mata. Mungkin, hanya film ini yang bisa mengalahkan rekor saya ketika menangis di bioskop, setelah My Name is Khan. ~_~ [caption id="attachment_166306" align="aligncenter" width="300" caption="Bentuk pamplet untuk film HSD"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H