Kami masih sibuk bergelut membiayai kebutuhan pokok dan menyekolahkan anak yang jumlahnya lima orang. Anak yang terbesar sebentar lagi akan memasuki masa kuliah.
Tentunya Kami harus bersiap membiayai kuliah dan biaya hidupnya di kota lain, dan sebagai keluarga kelas menengah dalam segala-galanya kemungkinan untuk anak mendapatkan beasiswa juga kecil. Maka, mulailah Kami merancang agar anak-anak bisa mendapatkan pendidikannya dengan kemampuan yang ada.
Sebagai keluarga kelas menengah, dan posisi sebagai PNS juga menjadi tumpuan dan pandangan dari keluarga besar yang lain. Bila ada keluarga yang menikah, sakit, atau peristiwa lainnya tak elok bila tidak ada kepedulian terhadap mereka. Mereka menganggap bahwa kami mendapat rezeki yang lebih dari mereka, padahal mereka juga tidak tahu apa yang sebenarnya kami hadapi berupa kesulitan dan kekurangan.Â
Beban utang yang harus dibayar membuat penghasilan yang seharusnya layak tidak bisa memenuhi kebutuhan selama sebulan. Tidak punya apa-apa kalau tidak berutang memang sudah menjadi rumus pegawai.
Kami bisa membeli mobil, namun jangan makan selama tiga tahun. Tapi itu juga pada kami keluarga kelas menengah, kalau kelas atas walaupun pegawai tentunya bukan masalah.
Cukuplah apa yang kami peroleh, karena dengan melihat apa yang diperoleh orang lain juga tidak akan membuat kami cukup. Karena dengan menambah penghasilan tambahan pun belum terbayang oleh kepala ini.
Namun, menjalani hidup ini dengan syukur tentunya akan membuat segalanya menjadi cukup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H