Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ruang Publik, di Manakah Kau Berada...

7 Agustus 2022   08:23 Diperbarui: 7 Agustus 2022   08:41 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semua pasti berpikir bahwa ruang publik itu sangat kita butuhkan, baik untuk orang yang berada di perkotaan maupun di pedesaan. Orang perlu keluar dan menikmati suasana yang hangat, ramai ataupun untuk menikmati suasana yang berbeda dari suasana yang membosankan.

Ruang publik bisa berada di mana-mana. Tempat yang tadinya hanya sebuah halaman kantor yang agak luas dan dekat dengan jalan raya, pada waktu tertentu bisa menjadi tempat nongkrong, olah raga dan menikmati makanan yang dijual oleh para pedagang. Tempat yang kosong dan strategis  bisa menjadi peluang menjadi tempat publik untuk berkumpul dalam suatu acara apakah itu olahraga, kegiatan seni atau pasar kaget.

Seperti yang terjadi di depan sekolah tempat saya mengajar yang merupakan kebun karet dekat jalan yang menuju suatu kampung. Karena tempat tersebut teduh dengan pohon karet, ada tempat yang agak luas untuk menyimpan/parkir kendaraan dan tempat yang lebih tinggi dari jalan. Orang dari berbagai tempat baik itu remaja, anak-anak dan dewasa berkumpul atau menyendiri nongkrong di tempat tersebut. 

Suasana sejuk, lebih teduh dari daerah sekitarnya yang terbuka dan panas ditambah dengan adanya warung makanan dan minuman membuat orang betah berada di tempat tersebut. 

Para sopir truk, pelajar, karyawan singgah sebentar di warung dan membawa makanan mereka ke tempat kebun karet berada. Bahkan kami sering menjumpai para pelajar yang berasal dari sekolah yang jauh dari daerah kami bergerombol di tempat tersebut.

Kebutuhan tempat publik memang tidak bisa dielakkan. Anak-anak yang masih memiliki energi tinggi memerlukan tempat publik untuk sekedar bermain bola plastik, atau bermain petak umpet. 

Berhubung padatnya pemukiman penduduk, tempat yang bisa memungkinkan mereka bebas bermain semakin berkurang. Sering kali mereka bermain di tempat yang sempit di depan rumah yang menyebabkan mereka dimarahi pemilik rumah karena takut kaca jendela rumah pecah.

Anak-anak juga bisa bermain di jalan-jalan yang dilalui kendaraan, namun terkadang harus berhadapan dengan resiko kecelakaan kendaraan. Anak-anak tersebut terpaksa membatasi kegiatan mereka dengan tidak adanya ruang publik. 

Bukan saja anak-anak yang membutuhkan ruang publik, remaja dan dewasa juga memerlukannya. Remaja yang mempunyai tabiat suka berkumpul memerlukan tempat publik untuk sekedar mengobrol, memamerkan outfit bahkan kendaraan kesayangan mereka. Mereka saling mengomentari apa yang dimiliki teman mereka dengan tertawa bersama dan untuk tampil beda.

Muda mudi berjejer di pinggir jalan yang agak nyaman dengan trotoarnya yang luas. Mereka memamerkan kendaraan kesayangan mereka, dan ada juga yang berpasangan asik mengobrol. Mereka mungkin lebih nyaman melakukannya di tempat tersebut tanpa takut ditegur orang tua atau diusir oleh tetangga karena melanggar privasi orang lain. 

Waktu saya remaja, saya sering janjian bertemu dengan teman yang lain di suatu lapangan di kota kami. Kami memilih tempat tersebut karena strategis dan bisa dijangkau dari berbagai arah. Tempat tersebut banyak pohon-pohonnya dan mudah terlihat oleh teman yang lain.

Mungkin itulah mengapa di kota-kota yang umurnya tua, banyak kita temukan alun-alun atau semacamnya yang memungkinkan orang berkumpul, berolah raga, dan menyaksikan pagelaran seni. 

Semua orang bisa berkumpul, mengobrol, bertemu dengan berbagai macam orang baik yang dikenal maupun tidak. Bahkan bila sekolah tidak punya lapangan olah raga, atau tempat luas untuk berlatih yang mengharuskan berkumpul banyak, mereka bisa melakukannya di sana.

Di beberapa kota yang merasakan pentingnya ruang publik, pemerintah daerahnya banyak yang mengoptimalkan bahkan membuat ruang publik yang baru. Sedang di daerah pinggiran, ruang publik menjadi semakin terbatas apalagi dengan pemukiman yang semakin padat. Ruang publik  tercipta dengan dadakan dan berada di sembarang tempat yang bisa mengganggu ketertiban umum. 

Di pemukiman pedesaan, pemukiman yang padat terkadang terkendala dengan pembangunan yang pesat tanpa menyisakan ruang gerak yang optimal bagi penghuninya. Banyak pemilik rumah yang menghabiskan tanah mereka untuk bangunan dan tidak menyisakan sedikitpun ruang untuk orang lain, bahkan ada yang tidak menyisakan tanah mereka untuk area kegiatan mereka sendiri.

Seperti pernah ramai di media sosial tentang pemilik mobil yang membuat garasi di jalan umum. Tentunya hal itu membuat ruang yang seharusnya untuk publik menjadi ruang untuk pribadi dan merugikan publik. Ruang publik dimanakh kau berada, rindu aku ingin jumpa... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun