Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berkah Usaha Bubur Ayam

20 Mei 2022   10:02 Diperbarui: 20 Mei 2022   10:24 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

"Nasi sudah menjadi bubur" itulah ungkapan yang pernah kita dengar. Peribahasa itu tidaklah menandakan bubur merupakan makanan yang tidak ada harganya. Justru bubur merupakan makanan yang istimewa, apalagi bila ditambah makanan tambahan lainnya. Selain itu, berjualan bubur  ayam bisa menjadi jalan untuk mengubah kondisi kehidupan penjualnya. 

Bubur ayam merupakan makanan yang sangat digemari masyarakat. Dari anak-anak sampai dewasa menyukai bubur ayam. Anak saya yang bangunnya kesiangan bila membeli bubur dari tetangga sering pulang dengan tangan hampa,  karena buburnya sudah habis. 

Bubur ayam sangat cocok dinikmati di pagi hari, maka pembelinya akan lebih banyak di pagi hari sebagai sarapan pagi.  Hal ini menunjukkan berjualan bubur ayam  prospeknya sangat cerah.

Tetangga saya dulu berjualan bubur sampai melegenda dan mendapat julukan tukang bubur. Berdagang bubur di stamplas (tempat mobil angkuatan pedesaan mangkal) merupakan tempat yang sangat strategis. 

Banyak orang berkumpul dan duduk-duduk untuk menunggu mobil angkutan pedesaan berangkat dan belum sarapan. Sambil menunggu mobil berangkat, mereka menikmati bubur ayam dengan taburan bakwan (bala-bala) yang dipotong-potong dan diakhiri dengan segelas teh hangat.

Berjualan bubur bisa juga menjadi jalan usaha dagang yang lebih besar. Tetangga saya yang sebelumnya hanya bertani dan bekerja tidak tetap, kemudian isterinya membuka usaha dagang bubur dan gorengan. Lama-kelamaan usahanya semakin berkembang dan membesar. Yang sebelumnya hanya berjualan di depan rumahnya saja, kini menempati kios yang lebih luas.

Pembeli bubur adalah tetangga sekitarnya yang membutuhkan makanan di waktu pagi, terutama anak-anak. Selain membeli bubur dan gorengan, mereka juga membeli kebutuhan lainnya. Dan dagangannya bukan hanya bubur dan gorengan, tapi juga kebutuhan sehar-hari lainnya.

Usaha bubur ayam tidak selamanya mengenyam kesuksesan. Ada beberapa tukang bubur yang timbul tenggelam. Mungkin faktor rasa dan tekstur bubur yang tidak pas, mungkin juga konsistensi tukang bubur yang jualannya sekehendak hati. Yang jelas peminat bubur ayam selalu ada, hanya selera pembeli yang mengarahkan tukang bubur mana yang paling diminati.

Kebanyakan bubur ayam dekat rumah dijual hanya waktu pagi saja, sehingga ketika sudah siang bubur sudah habis. Tapi ada penjual  bubur ayam  di dekat Taman Bunga Nusantara yang jualannya tidak hanya pagi, tapi sampai siang bahkan sore. 

Lokasinya di pinggir jalan dan pembelinya dari mana mana bukan hanya yang dekat saja. Bila berkunjung ke tempat tersebut, pembeli selalu ada bahkan semua tempat duduk sering terisi penuh.

Menu yang disajikannya lebih banyak dari bubur ayam yang di dekat rumah. Ada tusukan jeroan,usus ayam, gorengan (sama dengan yang lain) juga telur asin. 

Pembeli bisa memilih kombinasi bubur sesuai dengan keinginan.  Sambil menikmati bubur ayam, juga bisa melihat-lihat mobil dan orang  yang lalu lalang. Meja makannya menempati bagian dalam dan luar kios terbuka, sehingga pemandangan lebih luas dan tidak pengap. 

Buburnya yang tidak terlalu encer dan porsinya sedang  untuk memanjakan lidah. Isteri saya sering memilih tempat ini apabila ingin makan bubur, walaupun ada tempat jualan bubur lainnya yang lebih dekat dan murah. Harganya tidak terlalu murah juga tidak terlalu mahal. Mungkin suasananya yang nyaman yang memungkinkan pelanggan menikmati bubur sambil mengobrol dan memandang ke jalan raya. 

Selain bubur ayam, penjual bubur ayam tersebut juga menjual nasi uduk dan kupat tahu. Tapi orang lebih banyak tertarik untuk membeli bubur ayam. 

Bubur ayam punya posisi tertentu dalam selera masyarakat tentunya. Ada beberapa cara menikmati bubur ayam,yaitu bubur ayam diaduk dan bubur ayam tidak diaduk. Perbedaan ini sempat memanas dalam dunia media sosial, namun perdebatan ini membuat tertawa, semua punya argumen masing-masing.

Profesi tukang bubur ternyata memberikan berkah tertentu. Penghasilan tukang bubur bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari bila penjualannya sudah stabil. 

Apabila tukang bubur ini sudah dikenal dan memberikan pelayanan yang memuaskan, maka akan selalu dibutuhkan. Bahkan di waktu bulan puasa, anak-anak yang masih batita sering membutuhkan bubur ayam diwaktu siang hari.  Dan ini membantu orang tua yang masih punya anak kecil.

Mungkin kita pernah mengenal sinetron "Tukang bubur naik haji" yang menunjukkan bahwa berjualan bubur bisa memberikan penghasilan yang mencukupi termasuk bisa untuk naik haji. 

Seperti tetangga saya sebelumnya yang bisa hidup dari berjualan bubur, baik dengan gerobak yang ia dorong maupun berjualan dari rumahnya. Beliau bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai SMA, menikahkan anak-anaknya dan menurunkan profesinya kepada anak-anaknya. 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun