Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ketika Anak-Anak Terkena Hepatitis A

4 Mei 2022   00:36 Diperbarui: 4 Mei 2022   16:00 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejadian anak-anak terkena hepatitis adalah sekitar tiga tahun yang lalu. Anak pertama masih kelas 8 SMP, dan anak kedua masih kelas dua SD. Sedang adik-adik lainnya belum sekolah.

Anak pertama memperlihatkan gejala mual-mual, sakit perut dan tidak nafsu makan. Tubuhnya semakin kurus dan ramping serta lemah. Untuk sekolah pun Ia tidak kuat, akhirnya saya membawanya ke klinik.

Ketika itu, dokter belum memberikan vonis hepatitis dan hanya memberikan obat sesuai dengan apa yang dirasakan.

Setelah beberapa waktu, belum ada perubahan yang terlihat pada anak yang pertama. 

Anak kedua juga mengalami hal yang sama, kemudian berobat ke bidan dan hasilnya pun masih sama dengan apa yang terjadi pada anak pertama. Hanya untuk anak kedua gejala yang dirasakan tidak terlalu berat seperti anak pertama.

Anak pertama sering tidur dalam waktu yang lama, kemudian ia memang sering memakan makanan yang pedas. Saya dan istri sering menyalahkan kebiasaannya memakan makanan yang pedas dan hobi jajannya.

Istri saya sering memperhatikan apa yang terjadi pada anak-anaknya, termasuk perubahan warna kulit dan warna putih mata yang kelihatan berwarna kuning.

Beliau merasa curiga kedua anak kami mengalami sakit kuning atau hepatitis. Istri saya langsung mencari informasi dari Google mengenai penyakit kuning ini dan mencocokkan gejala-gejalanya dengan kondisi anak kami. 

Setelah berdiskusi, saya dan isteri memutuskan membawa kedua anak kami ke puskesmas terdekat untuk memeriksa kecurigaan kami terhadap kondisi kedua anak kami.

Setelah diperiksa oleh petugas kesehatan, Istri saya mendapat keterangan dari petugas puskesmas bahwa kedua anak kami mengalami hepatitis A. 

Berdasarkan penelusuran kami di internet, hepatitis A masih termasuk agak ringan dibandingkan hepatitis B dan seterusnya

Tapi melihat gejala yang dialami anak yang kelihatan kurus, lemah dan merasa sakit pada perut dan bagian tubuh lainnya, kami merasa khawatir juga. Anak tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolahnya dan mungkin akan ketinggalan pelajaran. 

Kami merasa heran karena yang mengalami hepatitis A ini adalah dua anak kami yang sekolah, dan punya kebiasaan jajan di tempat yang sama.

Walaupun anak yang kedua tidak suka mengkonsumsi makanan pedas, anak kedua memperlihatkan gejala yang mengarah ke penyakit hepatitis.

Dan di sekolahnya masing-masing juga memang ada beberapa teman sekolahnya mengalami hal yang sama. Bahkan setelah beberapa bulan dari kejadian anak kami, ada juga gejala siswa di sekolah lain mengalami wabah hepatitis.

Dari puskesmas juga kedua anak kami mendapat surat rujukan ke rumah sakit untuk diperiksa darah.

Padahal menurut istri di puskesmas pun, kedua anak sudah diperiksa darah. Mungkin untuk pengobatan lebih sempurnanya, karena saya kurang tahu alasannya.

Saya kemudian mengantar kedua anak ke rumah sakit, dan kedua anak diambil darah dan di tes darahnya.

Hasilnya kedua anak memang positif mengalami hepatitis A. Dokter tidak memberikan obat-obatan, hanya memberi resep untuk membeli penambah nafsu makan dan vitamin E.

Sepulang dari Rumah sakit, saya langsung membeli kedua resep itu di apotik.

Di rumah, selain mengkonsumsi vitamin dan penambah nafsu makan, kedua anak tersebut lebih diawasi dalam pola makannya dan jajanannya.

Apalagi ada ketakutan kedua anak ini akan menularkan penyakit kepada anggota keluarga yang lain.

Lama kelamaan kedua anak mengalami perubahan yang membaik. Nafsu makannya mulai bertambah dan warna kuning pada mata dan kulit semakin berkurang.

Penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus HAV, makanya obatnya adalah antibodi tubuhnya sendiri. Pantas saja kedua anak saya tidak diberi obat-obata seperti penyakit yang lain. Hanya diberi resep vitamin E dan penambah nafsu makan.

Dengan kejadian ini, kami berusaha menjaga anak agar tidak jajan sembarangan dan agar lebih baik lagi dalam menjaga kebersihan. Rupanya waktu itu memang hepatitis sedang mewabah di sekitar kami, terutama menyerang anak-anak sekolah.

Ketika ada berita mengenai hepatitis misterius, saya jadi teringat kejadian tiga tahun yang lalu yang menimpa kedua anak kami. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun