Setelah beberapa hari melakukan kegiatan ramadhan di sekolah kami, kami melakukan evaluasi kegiatan. Siswa mulai mengalami kebosanan dan jarang hadir ke sekolah. Untuk membangkitkan kembali minat siswa maka perlu diadakan kegiatan yang merangsang siswa dan menarik.
Guru agama dan kurikulum merancang kegiatan tersebut berupa perlombaan antar siswa. Â Perlombaan yang dilakukan berupa perlombaan menghapal asmaaul husna, Hapalan surat pendek, lomba adzan, Fashion show busana muslim, dan ceramah tujuh menit (kultum). Kegiatan ini juga bertujuan untuk melihat sejauh mana daya tangkap siswa dalam menerima materi pembelajaran kegiatan keagamaan.
Kegiatan keagamaan menghapal asmaaul husna dilakukan agar siswa terbiasa berdoa dengan menyebut nama-nama Allah SWT dan meyakini sifat-sifat-Nya. Tujuan lainnya adalah bukan sekedar menghapal nama-nama Allah SWT yang 99, tapi juga meyakini bahwa Allah SWT adalah tempat berlindung dan berserah diri.
Hapalan surat pendek adalah menghapal surat-surat pada juz amma karena memang surat-surat ini mudah dihapal dan sering digunakan pada shalat tarawih.
Lomba adzan dilombakan pada peserta didik putera, karena siswa putra perlu untuk memiliki kemampuan adzan yang sesuai dengan makharijul huruf dan lagam yang indah dlam kehidupan sehari-hari.
Fashion show busana muslim dilombakan agar ada kesemarakan dan kemampuan peserta didik dalam memadu padankan kepantasan dengan tuntutan syar'i dalam berbusana.
Demikian pula lomba ceramah kuliah tujuh menit adalah untuk mengukur daya serap siswa selama mengikuti kegiatan ramadhan dan untuk melatih kemampuan siswa dalam berbicara di depan umum. Materi yang dikemukakan dalam ceramah adalah materi yang telah disampaikan oleh guru dalam kegiatan ramadhan. Â
Selama kegiatan keagamaan ramadhan, guru dapat menilai sejauh mana kemampuan peserta didik dalam membaca Al-quran. Selama ini penilaian mengenai kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran hanya dilakukan oleh guru agama saja, ternyata dengan kegiatan ramadhan ini guru yang lain dapat melakukannya juga. Terlihat bahwa pendidikan agama di lingkungan rumah sangat mendukung kemampuan siswa membaca Al-Quran.
Peserta didik yang kemampuan membaca Al-Qurannya baik biasanya merupakan santri atau mengikuti pengajian di lingkungan rumahnya. Walaupun kegiatan mengajinya sudah agak jarang, namun peserta didik sudah terlatih membaca Al-Quran.Â
Begitu juga dengan kemampuan siswa dalam materi keagamaan. Beberapa siswa dapat diketahui memiliki kemampuan yang lebih mengenai pengetahuan agama, namun dalam keseharian tidak terlihat. Diantaranya dalam pengetahuan beribadah dan pengetahuan cabang agama lainnya. Potensi ini kadang terabaikan oleh guru, karena hanya mengikuti kegiatan harian saja tanpa menelusuri kemampuan apa yang ada pada siswa.
Untuk mengetahui kemampuan agama pada siswa bisa diketahui dengan melakukan tanya jawab yang secara tidak langsung dapat menelusuri sejauh mana kemampuan siswa pada suatu materi. Jadi pembelajaran bukan satu arah saja yaitu peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan oleh pendidik.