Mohon tunggu...
Isnabila Azizah Mumtaliah
Isnabila Azizah Mumtaliah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Administrasi Publik, Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Trend Mengemis Online Live Tiktok, menjadi WFH?

26 Desember 2024   11:14 Diperbarui: 26 Desember 2024   11:14 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Keinginan untuk mendapat perhatian dan terkenal merupakan salah satu faktor pendorong adanya "mengemis online". Mereka bahkan rela melakukan hal-hal berbahaya atau menyimpang untuk mendapat perhatian orang lain. Hal-hal yang dilakukan itu disebut tantangan atau biasa disebut challenges. Mirisnya, challenges tersebut tidak hanya dilakukan oleh pemilik akun saja, tetapi juga melibatkan orang lain yang tidak jarang merugikan orang tersebut.

5. Efek Bandwagon sampai FOMO

Efek bandwagon adalah keadaan psikologis seseorang untuk mengikuti tindakan beberapa orang hanya karena melihat banyak orang lain melakukannya, tanpa mempertimbangkan keadaan diri dan menimbang baik buruknya. Efek ini juga dapat mendorong sikap FOMO (Fear Of Missing Out), yaitu keadaan di mana seseorang takut untuk ketinggalan tren terkini. Selain mengemis online, dengan memberikan gift atau hadiah kepada pengemis online tersebut juga termasuk dalam dalam efek bandwagon hingga FOMO.

Setelah melihat latar belakang tersebut, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir adanya "mengemis online", yaitu:

1. Mengurangi partisipasi masyarakat untuk meramaikan akun dari oknum, dengan tidak memberikan gift atau hanya menonton sewaktu live dan video-video konten mereka.

2. Membuka program sosial untuk pelatihan kerja dan peningkatan lapangan pekerjaan, sehingga oknum menerima pendapatan yang lebih baik.

3. Memperketat regulasi pemerintah bersama platform Tiktok mengenai konten eksploitasi ataupun penipuan, sehingga hal-hal yang bersifat tidak etis dapat dihindari.

4. Para oknum dapat mengganti konten menjadi konten edukatif, bermanfaat dan pengalaman inspiratif lainnya, tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain.

5. Survei dan audit pada para oknum, bantuan dari dinas sosial guna menyelidiki dan mengatasi apakah para oknum benar-benar butuh bantuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun