Abad 11
Syekh Mulla Ali al-Qari (w. 1014 H.) pada kitab Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih berkata hal yang sama. Cinta tanah air merupakan ajaran yang sahih menurut Islam. Lebih sempurna lagi Jika dipahami bahwa wathan atau tanah air ialah surga. Merupakan mengasihi surga adalah bagian berasal iman. Ali al-Qari tidak menyalahkan, menyesatkan atau bahkan mengkafirkan, orang yang memaknai wathan sebagai rumah di global. Sekalipun beliau lebih setuju Bila wathan pada hadis dipahami menjadi surga (Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, 3/1158).
pada kitabnya yang lain, al-Asrar al-Marfu'ah fil Akhbar al-Maudhu'ah, dia mengungkapkan status kalimat hubbul wathan minal iman. Dia mengutip pendapat beberapa ulama. Pertama, pendapat az-Zarkasyi yg menyatakan belum menemukan Asalnya (lam aqif 'alaihi). kedua, pendapat Mu'inuddin Alaihi Salam-Shafawi yang berkata, tidak punya sumber yang kuat (laisa bi tsabitin). Ketiga, pendapat yang menyatakan bahwa kalimat tersebut hanya ungkapan sebagian ulama salaf. Keempat, pendapat Alaihi Salam-Sakhawi yang menyatakan bahwa kalimat tersebut artinya hadis yang belum ditemukan Sumbernya, tetapi mempunyai pengertian yg sahih.
Terkait kandungan hadis tersebut, Ali Al-Qari menyatakan bahwa arti al-wathan pada hadis hubbul wathan minal iman mempunyai beberapa kemungkinan pengertian. Beliau tidak menerima mentah-mentah pernyataan AS-Sakhawi yang mengatakan makna hadis tersebut sahih. Beliau memberi catatan bahwa tidak terdapat korelasi antara cinta tanah air dan iman. sebab cinta tanah air pula dimiliki oleh orang-orang munafik seperti digambarkan pada QS. an-Nisa: 66. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa orang-orang munafik enggan berangkat perang karena mereka mencintai tanah airnya. Syekh Ali Al-Qari menilai, perkataan AS-Sakhawi hanya akan benar Bila kecintaan tanah air menjadi pertanda keimanan spesifik bagi orang-orang yang beriman. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam QS. al-Baqarah: 246. Ayat ini menyatakan bahwa kaum beriman berperang sebab mereka mengasihi tanah airnya. Ayat inilah yang menjadi dasar pendapat AS-Sakhawi yang menyatakan bahwa hadis hubbul wathan minal iman punya pengertian yang benar.
Karena itu, supaya jelas, Ali Al-Qari menyampaikan cara lain pengertian mengenai maksud al-wathan. Pertama, al-wathan berarti surga (al-jannah). Dengan demikian arti hubbul wathan minal iman adalah mengasihi surga tanda keimanan. kedua, al-wathan adalah kembali pada Allah (al-ruju' ila allah) sebagaimana pemahaman para ahli tasawuf (thariqati shufiyyah). Artinya senang kembali pada Allah menggunakan cara bertaubat atau menjalankan perintah Allah, ialah tanda keimanan. Ketiga, al-wathan berarti tempat keluarga serta rakyat yang kurang mampu berada. Dimana kita bisa menyambung tali silaturahim dan mengembangkan kepada mereka. Dalam konteks ini, cinta tanah air ialah, suka menyambung tali silaturahim atau suka berbagi dengan sesama yang kurang beruntung. Keempat, al-wathan berarti kota Mekah. dengan demikian, pengertian hubbul wathan minan iman artinya menyayangi Mekah bagian berasal iman. sepertinya, al-Ajluni lebih sepakat dengan pendapat al-wathan diartikan menggunakan kota Mekah (al-Asrar al-Marfu'ah fil Akhbar al-Maudhu'ah, 180-183).
Abad 12Â
Syekh Ismail bin Muhammad al-Ajluni (w. 1162 H.) mencantumkan hadis hubbul wathan minal iman pada kitab Kasyful Khafa' wa Muzilul Ilbas 'Amma Isytahara minal Ahadits 'ala Alsinatin Nas. beliau memberi sejumlah komentar.
Pertama, hadis tersebut maudhu' berdasarkan keterangan AS-Shaghani. kedua, pengertian hadis tersebut bermasalah. menggunakan mengutip Syekh Ali al-Qari, beliau menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara cinta tanah air serta iman. karena dalam QS. an-Nisa: 66 dikatakan, orang-orang munafik enggan berangkat perang sebab mereka mencintai tanah airnya.
Dalam QS. al-Baqarah: 246, memang dikatakan bahwa kaum beriman berperang karena mereka mencintai tanah airnya. Ayat ini sebagai dasar pendapat AS-Sakhawi yang menyatakan bahwa hadis hubbul wathan minal iman punya pengertian yang sahih.
Pertentangan ini hanya akan ada Bila kita memaknai al-wathan pada hadis sebagai tanah air di dunia. pertentangan itu akan hilang Jika kita memaknai al-wathan dengan arti surga, mencintai surga tanda keimanan. Atau maksud al-wathan artinya kembali pada Allah (al-ruju' ila allah) sebagaimana para pakar tasawuf memaknainya. Bisa juga berarti tempat yang kita tinggali menggunakan syarat kecintaan itu karena kecintaan kita untuk menyambung hubungan persaudaraan atau sebab keinginan kita menyantuni kaum fakir miskin di kota kita. Atau al-wathan bisa berati kota Mekah. Pengertian terakhir ini, hubbul wathan minan iman dalam arti mencintai Mekah bagian dari iman, didukung riwayat lain ihwal penyelasan Nabi saw. Ketika hendak meninggalkan kota Mekah serta riwayat Aisyah ra. Yang merasa sedih meninggalkan Mekah waktu berhaji.
KesimpulanÂ
Uraian di atas menunjukkan suatu trend yang unik. pada abad-abad lampau, para ulama yang berkiprah pada bidang hadis cenderung menerima hadis-hadis hubbul wathan minal iman. Pada era belakangan, justru mulai ada keraguan serta mungkin ketidaksukaan terhadap slogan hubbul wathan minal iman. Para ulama terdahulu selalu mengajarkan hubbul wathan, menganjurkan umat Islam buat ber-hubbul wathan, serta melestarikan semangat tersebut. Sekalipun hadisnya tidak ada Sumbernya dalam kitab-kitab hadis, secara tekstual, tetapi mereka yakin bahwa pengertiannya tidak keluar dari ajaran Islam. Dalam istilah ilmu hadis, hubbul wathan minal iman termasuk dha'iful isnad, shahihul matni (daif secara sanad, sahih secara matan). Secara substansi matan, hadis hubbul wathan minal iman selaras dengan praktik Nabi saw. Yang mencintai Mekah serta Madinah, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis-hadis sahih. Selain itu, di kalangan ulama dahulu tidak ada logika membenturkan antara semangat hubbul wathan menggunakan ukhuwwah islamiyyah.