Rahma putri cahyani (2450240003)
Rifqi Fauzi Munawar (2450240004)
Nabila Nihayatus Saadah (2450240002)
 Â
  Perempuan seringkali digambarkan sebagai sosok yang lembut, cenderung mengalah, dan lebih lemah, dan kurang aktif. Sedangkan sebaliknya, laki-laki sering digambarkan sebagai seseorang yang besar, dominan, lebih kuat, lebih aktif, otonomi dan agresif (Fitriani, 2015)
 Kesempatan dalam menjadi pemimpin terbuka terhadap siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Meskipun kenyataanya, kebanyakan masih beranggapan bahwa laki-laki lebih baik dari pada perempuan yang masih dianggap lemah, kurang konsisten dan masih mementingkan ego serta perasaan dari pada logika. Sehingga tidak pantas dalam menjadi pemimpin (Mauliyah & Sinambela, 2019)
 Dalam sebuah organisasi atau institusi, laki-laki lebih mendominasi sebagai pemimpin yang masih begitu kuat. Padahal dalam kenyataanya, perempuan pun mempunyai potensi yang baik serta tidak kalah dengan laki-laki dalam hal kepemimpinan. Pada zaman modern ini yang lebih fokus kepada kompetensi dan performa, gender sudah tidak menjadi faktor pembeda. Hal ini, terlihat dari pekerjaan yang sebelumnya lebih di dominasi oleh laki-laki, sekarang dapat dikerjakan oleh perempuan, walaupun tidak semua pekerjaan (Fitriani, 2015)
  Biasanya, sebuah organisasi atau perusahaan di pimpin oleh seorang laki-laki. Tetapi zaman yang semakin berkembang, perempuan mampu memimpin sebuah organisasi maupun perusahaan. Telah banyak sosok perempuan-perempuan hebat yang menjadi pemimpin. Baik itu sebagai presiden, direktur perusahaan, ketua organisasi atau pun sebagai pemimpin lainnya (Fitriani, 2015)
 Perempuan memiliki sifat-sifat dasar untuk sukses sebagai pemimpin. Mereka cenderung lebih sabar, memiliki empati, dan multitasking, mampu mengerjakan beberapa hal sekaligus. Perempuan juga memiliki bakat untuk menjalin networking dan melakukan negosiasi (Fitriani, 2015)
 Pada perkembangan zaman sekarang, sudah banyak perempuan yang menjadi sebagai pemimpin dalam berbagai bidang. Sehingga perempuan mempunyai tugas tambahan selain ibu rumah tangga. Pada saat ini perempuan memiliki multi peran, tidak lagi terpaku pada peranan ibu rumah tangga semata (Fitriani, 2015)
  Perempuan memiliki kemampuan yang sama untuk berada di posisi puncak dalam karier. Faktanya, dalam berbagai organisasi atau perusahaan saat ini. Kepemimpinan yang keras dan kaku tidak lagi sesuai untuk para karyawan. Gaya kepemimpinan perempuan yang komprehensif serta nilai positif lainnya membuat perempuan cocok untuk menduduki posisi sebagai pemimpin (Mauliyah & Sinambela, 2019)
  Saat ini, sudah semakin banyak perempuan yang bekerja di bidang pekerjaan laki-laki. Mereka tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga mampu menjadi pemimpin. Perempuan juga bisa menunjukan dirinya sebagai makhluk yang luar biasa, kuat dan berani. Secara esensial dalam manajemen dan kepemimpinan perempuan tidak jauh jauh berbeda dengan laki-laki (Fitriani, 2015)
  Perempuan yang memiliki pendidikan tinggi, serta kemampuan manajemen yang baik. Dapat memberikan efek yang baik dan kemajuan yang tidak kalah dengan kepemimpinan laki-laki. Perempuan juga, mampu untuk menyuarakan, serta berpartisipasi terhadap pembangunan yang mengarahkan kesejahteraan karyawan dan juga perusahaan menjadi lebih baik (Mauliyah & Sinambela, 2019)
  Pada saat ini, banyak perempuan yang telah mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki. Perempuan juga telah dapat mengikuti cara kerja laki-laki, dengan menggunakan indikator kepemimpinan yang baik. Kesempatan perempuan untuk menjadi pemimpin, dapat menjadi bukti bahwa perempuan juga memiliki kemampuan dalam memimpin. Peran kepemimpinan dalam dalam pengambilan keputusan, dapat terlaksana dengan baik, saat kinerja pemimpin tersebut mampu menjadi penampung pengaduan bawahan (Mauliyah & Sinambela, 2019)
 Sudah banyak perempuan yang menjadi sebagai pemimpin. Di indonesia sendiri sudah pernah menjadikan perempuan sebagai presiden, yaitu Megawati Soekarno Puteri. Selain itu ada juga Ratu Atut sebagai gubernur banten, Tri Rismaharini sebagai Wali Kota Surabaya dan Bupati Minahasa Selatan. Begitu pula perusahaan- perusahaan besar yang sudah banyak di mulai oleh pendiri bergender perempuan (Sahban et al., 2016)
 Oleh karena itu, dengan adanya contoh wanita yang berhasil di atas. Menjadi bukti bahwa perempuan dapat menjadi seorang pemimpin. Dengan demikian peranan perempuan dalam kepemimpinan bukan lagi suatu hal aneh. Peran kepemimpinan perempuan dapat membawa dampak positif yaitu, permasalahan kesetaraan gender di tandai dengan tidak adanya pebedaan antara perempuan dan laki-laki (Sahban et al., 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H