Fernanda mengalami gangguan jiwa setelah ayah dan ibunya berpisah. Fernanda sering menghubungi ibunya memakai handphoneku, setiap kali Fernanda minta di jemput ibunya selalu memberikan alasan belum punya uang transport untuk menjemput anaknya.
Setelah lima belas menit kemudian, aku meninggalkan nurse station dan menghampiri Fernanda. Ada mimik wajah bahagia terpancar dari remaja belasan tahun ini.
Aku meminta Fernanda menyebutkan angka-angka nomor handphone ibunya, padahal nomornya sudah aku save di handphoneku, Fernanda menyebutkan deretan angka yang sesuai dengan angka yang tersave di layar androidku.Â
"Assalamualaikum," sebuah suara perempuan dewasa menyapaku.
"Waalaikum salam, buk," balasku.
"Saya Suster Ismuziani, dari ruang Seroja RSJ Aceh, apa benar ini dengan keluarganya Fernanda?" lanjutku kemudian.
"Iya benar Suster, saya ibu kandungnya," jawab suara diseberang.
"Buk, boleh saya minta waktunya sebentar?" tanyaku lagi.
"Iya Suster, boleh...," jawab ibunya Fernanda.
"Ini Fernanda ingin bicara dengan ibu." kelasku padanya.
Ku aktifkan loudspeaker di smartphoneku, ku arahkan smartphone pada Fernanda dan memberikan kode padanya untuk menyapa ibundanya. Aku tak membiarkan pasien memegang handphoneku untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.