***
Bunyi ketukan pintu diruang kerjaku, mengejutkan aku yang sedang menatap cincin tunangan yang dipasangkan oleh mamanya Bang Akmal malam minggu kemarin, aku membayangkan akan menjadi istri Akmal dalam waktu dekat ini. Menurutku pilihan kedua orangtuaku tentu saja yang terbaik untuk masa depanku.
Pintu terbuka dari luar, sahabat ku Meutia masuk, tangan Meutia menggenggam kuat tangan seorang gadis remaja memakai seragam putih abu-abu. Gadis remaja dengan paras yang cantik, postur tubuh yang bagus, bulu matanya yang lentik nampak basah, matanya memerah, aku menerka si Gadis ini mestilah baru saja menangis.
 " Apa yang bisa saya bantu Meutia ? " Tanya ku pada Meutia
" Adek cantik ini, namanya Salsabila, datang ke IGD diantar oleh guru sekolahnya setengah jam yang lalu, Salsa mengeluh sakit perut dan sakit kepala, hasil pemeriksaan semuanya dalam batas normal, saran dari Kepala Ruang IGD untuk diajak menjumpai Kak Indah " Meutia menjelaskan kondisi Salsa padaku.
" Salsa, ini Kak Indah, Kak Indah akan menemani Salsa di ruangan ini, Salsa boleh cerita apa saja pada Kak Indah, sehingga membuat kondisi Salsa tenang dan nyaman, saya kembali lagi ke IGD ya dek " Kata Meutia pada Salsa.
Salsa meng anggukan kepalanya tanda setuju, mulutnya belum mengeluarkan sepatah katapun.
" Salsa... " Aku mencoba memecahkan sunyi dengan memanggil lembut nama gadis di depanku. Salsa memilih diam.
"Salsa, gimana kondisi Salsa sekarang, apa sakit perut dan sakit kepala yang tadi Salsa rasakan masih ada? " Aku mencoba memancing Salsa untuk bicara
" Sakit perutnya dah hilang Kak, tapi Salsa masih merasakan sakit kepala, Salsa pusing kak, Salsa bingung, Salsa gak tahu harus gimana... " Akhirnya Salsa mulai membuka diri untuk bercerita padaku.
"Apa yang membuat Salsa bingung, dek..? " tanyaku kemudian