Mohon tunggu...
ismu widodo
ismu widodo Mohon Tunggu... Petani - Kopi Liberika Sebagai Anugerah dari Alloh SWT, Amanah hidup saya untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya peningkatan ekonomi, pemberdayaan masyarakat sosial, melestarikan lingkungan alam semesta.

"Penulis di Kompasiana yang lahir di lingkungan pertanian hasil transmigrasi di Kecamatan Sepaku, Kab Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, yang kini menjadi bagian dari Otorita IKN Nusantara. Saat ini bekerja di perusahaan Digital Telco terbesar di Indonesia, yang terus mengembangkan bisnisnya dalam Ekosistem Digital. Adaptif dalam menekuni spesifikasi skill Digital Business Strategy, Design Thinking, dan Digital Marketing. Juga berkolaborasi dengan kampus sebagai Dosen Praktisi untuk berbagi ilmu dan pengalaman."

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kopi Besar Beraroma Wangi, Kembali Munculnya Kopi Jenis Liberika di Indonesia

19 Maret 2023   22:25 Diperbarui: 19 Maret 2023   22:38 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain kopi robusta dan arabica di Indonesia ada jenis kopi Liberika yang bernama ilmiah Coffea liberica var. liberica merupakan kopi yang banyak di yakin berasal dari negara Liberia sesuai dengan nama Liberika.

Akan tetapi, secara umum jenis kopi ini dapat ditemukan di banyak kawasan Afrika lainnya. Saat ini, liberika ditanam di perkebunan kopi di Afrika dan Asia secara terbatas, namun tanaman liberika juga tumbuhan liar di daerah Afrika lain, seperti Angola, Afrika Tengah, Benin, Kamerin, Gabon, Ghana, Kongo, Guinea, Nigeria, Sao Tome, Sierra Leone, Sudan, Uganda dan Pantai Gading. Di Asia kopi liberika banyak di konsumsi di Malaysia, Philipina, disini kopi liberika juga di branding buat perbaikan iklim dan di munculkan kembali sebagai tanaman primadona.

Pada asalnya sebelum tahun 1878, tanaman perkebunan kopi di Indonesia ditanami dengan kopi jenis arabika. Akan tetapi, saat itu muncul serangan wabah penyakit karat daun atau Hemelia vastatrixi (HV), sehingga pemerintah Belanda mencari alternatif jenis kopi lain yang lebih tahan terhadap penyakit tersebut.

Di Philipina Kegagalan Liberica cofea sebagai tanaman global pada pergantian abad kedua puluh disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk
pemilihan bahan yang tidak tepat untuk diseminasi global. Minat baru dalam hal ini spesies, terutama dalam varian Excelsa, terbukti di seluruh rantai pasokan cofee. 

Di dunia yang memanas, dan di era yang dilanda gangguan rantai pasokan, liberika cofee bisa muncul kembali sebagai tanaman tanaman utama, beginilah negara philipina melakukan rebranding kopi jenis Liberika.

Kopi dengan buah yang berukuran beras ini di Indonesia banyak di jumpai di kabupaten Meranti Kecamatan Selat Panjang yang merupakan pinggiran pantai dan lahan gambut basah, petani sudah mengkembangkan dengan skala ekspor dengan tujuan Malaysia yang juga merupakan negara pengimpor kopi terbesar di dunia.

Di Pulau Jawa banyak di temui namun masih tumbuh di sela-sela kopi robusta, di Temanggung desa Gesing oleh petani Rio kopi berbatang besar ini di manfaatkan sebagai batang bawah untuk penghasilkan robusta, karena lahan yang sempit kopi dengan batang besar ini di nilai kurang menguntungkan bila di banding robusta yang sudah bernilai komersil lebih tinggi.

Di banyak di jumpai di Kalimantan seperti di Kayong, Desa Bati-Bati, Desa Perangat dan kecamatan sepaku juga sedang di kembangkan kembali setelah banyak komoditas seperti karet dan sawit, asal kopi yang berukuran tinggi bisa 9 meter ini banyak di jumpai daerah transmigrasi, memang hampir punah yang dulu awal transmigrasi menjadi konsumsi warga dan dan terus di kembangkan.

Suyanto melalui neneknya membawa kopi jenis buah besar ini dari Pacitan dan sampai sekarang sang cucu ini membudidayakan kembali setelah sempat menanam lada, dan baru sadar kopi sang nenek masih bisa tumbuh dengan sangat baik di lingkunganya sebagai warisan leluhurnya. Usia Suyanto saat ini 43 tahun maka kurang lebih se usianyalah kopi liberika sepaku ini hadir sejak transmigrasi.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Dok Pribadi
Dok Pribadi


Kopi Liberika ini sempat tidak di lirik oleh para petani karena waktu itu belum semaraknya industri hilir dari kopi, sehingga masih ada sisa-sisa yang hanya tumbuh beberapa pohon saja, bahkan di temui di lahan kopi ini tumbuh di tonggak batang kayu ulin, kemungkinan yang tumbuh dari kotoran luwak yang memakan buah kopi.

Dengan pesatnya industri hilir kopi di Indonesia berupa single origin, cafe, warung, restoran, rumahan banyak menghadirkan minuman-minuman kopi yang di padukan dengan susu, advocat, dll menjadi konsumsi harian masyarakat indonesia baik tua muda, laki maupun perempuan.

menurut Sigit pemilik cafe di Samarinda ingin memberikan ruang bagi petani lokal, produk lokal, varitas lokal yang bisa di kenalkan untuk menjadi primadona, Kalimantan dengan dataran rendah dan hutan jenis liberka bisa menjadi unggulan karena dukungan iklim dan topografi yang bisa menghidupkan liberika dan juga ramah lingkungan.

Dengan dukungan lingkungan berupa kesesuaian iklim dan topografi di Kalimantan dengan Kopi Liberika bisa tumbun dan kembang sangat baik, di buktikan dengan hasil budidaya yang sangat baik juga, kemudian dukungan industri hilir akan komoditas lokal di tantang sebagai petani lokal untuk menghadirkan komoditas lokal yang sangat bisa di terima oleh pengusaha hilir kopi untuk menghidangkan produk lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun