Kesimpulan ini ditarik dari 3 penelitian dengan jumlah subjek yang cukup banyak. Penelitian pertama dilakukan dengan melibatkan 1000 partisipan untuk mengisi angket tentang kemampuan mindfulness, kepuasan hidup, simptom depresi, simptom kecemasan, dan jumlah pengalaman hidup yang penuh tekanan.Â
Hasil analisa menemukan bahwa partisipan yang menerima perasaan negatifnya ternyata lebih sehat secara psikologis daripada partisipan yang menolak atau mengabaikan emosi negatifnya.Â
Secara lebih spesifik, peneliti juga menemukan faktor yang paling mempengaruhi kesehatan psikologis partisipan bukanlah rendahnya level stres, melainkan kemampuan untuk menerima kesulitan-kesulitan hidup dan perasaan negatifnya tanpa penilaian (non-judgementally).
Penelitian ini dilanjutkan dengan eksperimen yang melibatkan partisipan sebanyak 160 subjek berjenis kelamin perempuan. Para partisipan diminta untuk melakukan tugas yang netral (menonton klip film) dan kemudian melakukan tugas yang penuh tekanan (melakukan rekaman pidato 3 menit dengan topik yang sesuai kualifikasi kerja masing-masing partisipan di depan penonton).Â
Ketika melakukan kedua tugas tersebut, masing-masing partisipan diminta menilai intensitas pengalaman emosi yang mereka rasakan. Hasil analisa eksperimen ini menemukan bahwa mereka yang menerima kondisi emosi negatifnya justru melaporkan intensitas emosi yang tidak terlalu besar.
Akhirnya, untuk menguji penemuan mereka dengan partisipan yang lebih beragam, peneliti meminta 222 laki-laki dan perempuan untuk menulis buku harian setiap malam selama 2 minggu berturut-turut.Â
Para partisipan diminta membuat catatan setiap malam tentang pengalaman penuh tekanan yang dialami hari itu. Beberapa melaporkan pengalaman dengan tingkat stres yang cukup tinggi, misalnya menerima telepon dari anak yang berada di penjara, sementara yang lain melaporkan stresor yang lebih menengah misalnya berdebat dengan pasangan. Untuk setiap catatan peristiwa tersebut, peserta juga diminta menilai intensitas emosi negatif yang mereka rasakan.Â
Hasil analisa eksperimen ini lagi-lagi menunjukkan bahwa penerimaan berhubungan dengan kesehatan psikologis yang lebih baik. Namun secara spesifik penelitian ini menemukan bahwa penerimaan yang berkorelasi terhadap kesehatan psikologis bukanlah penerimaan atas peristiwa negatif yang terjadi melainkan penerimaan atas kondisi mental yang muncul ketika mengalami peristiwa negatif tersebut.
Dengan kata lain, kesehatan psikologis seseorang akan lebih baik kalau ia mampu menerima variasi emosi yang muncul ketika mengalami peristiwa negatif.Â
Artinya ia fleksibel membuka dirinya untuk belajar dari emosi-emosi negatif yang dirasakan sehingga dapat beradaptasi dengan lebih baik. Selain itu, ia pun tidak terpaku hanya untuk mengejar atau mempertahankan emosi-emosi positif yang bahkan mungkin tidak sesuai dengan peristiwa yang terjadi.
Dari hasil penelitian ini, kita dapat belajar bahwa sebenarnya emosi adalah pengalaman yang secara natural berlangsung singkat. Menolak, memendam, ataupun mengabaikan emosi negatif hanya akan menyebabkan intensitas emosinya meningkat perlahan-lahan hingga suatu saat dapat meledak dan berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan psikologis kita. Â