Mohon tunggu...
Ismiyati Yuliatun
Ismiyati Yuliatun Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikolog Klinis_Psikolog RSJD Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tembok Masa Lalu itu Menghalangiku untuk Maju

21 Juli 2021   05:16 Diperbarui: 21 Juli 2021   05:41 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Salah satu keberhasilan dalam terapi yang dilakukan adalah motivasi klien untuk sembuh. Sebesar apapun bantuan yang diberikan oleh orang lain, tanpa ada motivasi dan usaha dari klien sendiri, akan menghambat keberhasilan terapi.

“Jadi, haruskah tembok tebal nan kokoh itu menghalangi untuk maju?”

Ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk bisa berdamai dengan masa lalu, antara lain;

Sadari . Hadirkan pemahaman dan kesadaran bahwa kejadian yang pernah dialami itu nyata, pernah dialami dalam perjalanan awal kehidupan. Ini sangat penting untuk menghindari adanya penyangkalan dalam diri terhadap peristiwa tersebut.

Terima. Fase ini seringkali sulit dilakukan namun menjadi pendukung yang sangat besar untuk berproses menjadi lebih baik. Menerima bahwa setiap orang memiliki masa lalu, dan menyadari masa lalu tidak dapat diulang lagi, diskenario menjadi sesuatu yang menyenangkan. Menerima masa lalu berarti juga menerima semua hal yang berkaitan dengan peristiwa tersebut, seperti orang- orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut, perasaan yang muncul beserta akibatnya.

Move on. Proses perjalanan kehidupan manusia yang masih dapat diusahakan adalah masa sekarang dan masa yang akan datang. Jadikan pengalaman negatif masa lalu sebagai pelajaran, yang membuat diri menjadi lebih berani, lebih sabar, lebih bijaksana dan lebih kuat dibandingkan orang lain. Fokus pada kesuksesan di masa depan lebih utama daripada berkutat dengan masa lalu yang membuat kondisi kesehatan mental menurun. Jadi yang lalu biarlah berlalu, fokuslah  pada hal positif yang dapat dilakukan hari ini dan yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Bellis, M. A., Hardcastle, K., Ford, K., Hughes, K., Ashton, K., Quigg, Z., & Butler, N. (2017). Does continuous trusted adult support in childhood impart life-course resilience against adverse childhood experiences - a retrospective study on adult health-harming behaviours and mental well-being. BMC Psychiatry, 17(1), 110. https://doi.org/10.1186/s12888-017-1260-z

Felitti, V. J., Anda, R. F., Nordenberg, D., Williamson, D. F., Spitz, A. M., Edwards, V., Koss, M. P., & Marks, J. S. (2019). Relationship of Childhood Abuse and Household Dysfunction to Many of the Leading Causes of Death in Adults: The Adverse Childhood Experiences (ACE)Study. American Journal of Preventive Medicine, 56(6), 774–786. https://doi.org/10.1016/j.amepre.2019.04.001

Hopeman, T. A. (2020). Dampak Bullying Terhadap Sikap Sosial Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus Di Sekolah Tunas Bangsa Kodya Denpasar). PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 4(Vol 4, No 1 (2020)), 52–63. http://ejournal-pasca.undiksha.ac.id/index.php/jurnal_pendas/article/view/3119

Ramiro, L. S., Madrid, B. J., & Brown, D. W. (2010). Adverse childhood experiences (ACE) and health-risk behaviors among adults in a developing country setting. Child Abuse and Neglect, 34(11), 842–855. https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2010.02.012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun