ingkungan yang baik akan membentuk remaja menjadi berkembang sempurna menuju ke arah dewasa dan matang dalam pemikiran dan kehidupan sosialnya.Â
2. Jangan pernah menghakimi
 Komunikasi antara orang tua dengan anak remajanya terkadang berawal baik dan berakhir dengan pertengkaran. Sebagian besar remaja       menyampaikan bahwa mereka selalu disalahkan oleh orang tuanya. Mereka berkata bahwa apa yang telah mereka lakukan selalu salah di hadapan  orang tua.Â
Orang tua sering menyebut mereka anak nakal dan tidak patuh pada orang tua, jika mereka melakukan sesuatu yang berlawanan dengan  harapan orang  tua.Semua orang tua ingin anaknya berhasil melewati masa kritis usia remaja. Saat remaja melakukan kesalahan, ajaklah mereka berkomunikasi.Â
Buanglah semua pikiran negatif tentang anak kita. Bicara dengan tenang dan tidak menunjukkan kemarahan.Berilah waktu kepada mereka untuk berpikir. Jangan langsung menghakimi, tetapi ajaklah mereka berdiskusi. Cara ini dirasa lebih efektif agar remaja kita lebih terbuka kepada orang tuanya.
3. Jadilah pendengar yang baik.
Agar komunikasi orang tua dengan anak remajanya lancar, maka orang tua harus menjadi pendengar yang baik bagi anaknya. Remaja akan sangat senang jika apa yang mereka sampaikan didengarkan oleh orang lain terutama orang tuanya. Pada umumnya anak remaja akan lebih senang bercerita kepada temannya daripada kepada orang tuanya, karena mereka merasa temanlah yang mau mendengarkan tanpa menyalahkan.Agar remaja kita tidak hanya terbuka berbicara dengan temannya, maka orang tua harus mendengarkan dulu apa yang mereka ceritakan. Mereka harus dibuat senyaman mungkin. Jauhkan prasangka buruk tentang apa yang dilakukan mereka di luar rumah. Tunjukkan pada mereka bahwa kita siap untuk mendengarkan apa yang ingin mereka sampaikan.
4. Memberi peluang untuk berpendapat.
Pada umumnya orang tua merasa bahwa dirinya paling paham tentang semua hal. Orang tua sering beranggapan bahwa dia telah hidup lebih lama dan memiliki pengalaman lebih banyak dibanding anaknya.
Orang tua beranggapan bahwa hanya dirinyalah yang boleh berpendapat. Seringkali saat berkomunikasi dengan seorang anak, orang tualah yang paling dominan.Â
Sang anak hanya tertunduk mendengarkan semua amarah orang tua. Komunikasi seperti ini tidak akan membawa hasil yang baik sesuai harapan.