Beberapa hari yang lalu terjadi pertemuan antara saya dengan beberapa teman. Notabene usia putra mereka sama dengan usia putra saya. Usia putra mereka rata-rata mulai masuk usia remaja.Â
Sebagian besar dari mereka memiliki masalah tentang cara berkomunikasi dengan putranya. Sebagai seorang ibu, saya mengerti benar  masalah tersebut.
Ketika seorang anak sudah memasuki usia remaja, kita sebagai orang tua paling tidak harus memahami semua tahapan perkembangan putranya.Â
Pengetahuan tentang tahap perkembangan fisik, psikologi, dan cara mendidik anak menjadi modal dasar bagi orang tua untuk menjalankan tugasnya.Â
Meskipun pengetahuan tersebut hanya bersifat teori belaka, namun kita dapat langsung belajar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai orang tua kita tidak hanya belajar teori perkembangan anak namun sekaligus dapat langsung menerapkan  (learning by doing).
Usia remaja dapat dikatakan sebagai usia pubertas. Usia ini  berada pada kisaran usia 12- 22 tahun. Menurut Andi Mappiare (1982:27) usia remaja terbagi menjadi dua, yaitu usia remaja awal (12-17 tahun) dan usia remaja akhir (18 - 22 tahun).Â
Usia remaja dapat dikatakan sebagai usia peralihan dari usia anak-anak menuju ke usia dewasa. Pada usia ini pertumbuhan fisik anak telah mencapai kematangan secara sempurna. Pertumbuhan kognitif remaja berada pada masa operasional formal.
Pada masa pertumbuhan kognitif operasional formal ini, remaja sudah memiliki kemampuan memahami pengetahuan bersifat abstrak. Mereka dapat berpikir kritis dan logis saat menghadapi permasalahan atau tugas.Â
Mereka akan berusaha untuk mencari penyelesaian dari masalah itu. Pada masa ini mereka akan berusaha untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa campur tangan orang lain. Mereka akan serius mencari keputusan yang tepat.
Selain perkembangan fisik dan kognitif, kecerdasan sosial dan emosional juga mengalami perkembangan. Perkembangan kecerdasan sosial dan emosional  seorang remaja ditunjukkan dengan adanya keinginan untuk selalu bergaul dengan banyak teman sebayanya.Â
Peran orang tua sangat penting pada masa perkembangan kecerdasan sosial dan emosional ini. Orang tua harus dapat membuat aturan yang jelas ketika remaja mulai menentukan lingkungan sosialnya.
Semakin luas pergaulan dan interaksi sosial seorang remaja maka semakin berkembang juga kecerdasan sosial dan emosionalnya ke arah yang lebih positif.Â
Pada masa remaja, anak akan meminta untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri, meskipun terkadang keputusan yang diambil belum menunjukkan tingkat kematangan dan kedewasaan yang dimilikinya. Dalam hal ini mereka membutuhkan bantuan orang tua untuk mencapai usia dewasa.
Pada  umumnya anak pada usia remaja tidak mau diperlakukan seperti anak-anak lagi. Masa remaja adalah masa yang menentukan keberhasilan seorang di masa mendatang.Â
Remaja akan dapat membuat keputusan secara dewasa dan kematangan pikiran, jika remaja dapat mengoptimalkan seluruh kecerdasannya. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan kognitif, sosial, dan emosional.
Untuk memahami cara berkomunikasi dengan anak usia remaja, maka kita harus paham bagaimana ciri seorang anak remaja. Adapun ciri anak pada tahap perkembangan usia remaja menurut Singgi D.Gunarsa (1984:84-86) adalah sebagai berikut:
- Adanya kegelisahan dalam diri remaja yang memiliki keinginan yang banyak tetapi tidak semua keinginan dapat terpenuhi;
- Adanya pertentangan baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Seorang remaja akan cepat marah jika ada yang tidak sesuai dengan jalan pikirannya;
- Adanya keinginan untuk mencoba hal baru;
- Adanya keinginan untuk menjelajah alam;
- Suka berkhayal dan berfantasi;
- Adanya keinginan untuk berkelompok.
Pengetahuan mengenai perkembangan anak di usia remaja akan membuat orang tua lebih mudah berkomunikasi dengan anak-anaknya. Seringkali komunikasi antara orang tua dan anak berakhir dengan pertengkaran. Hal ini disebabkan oleh adanya keinginan orang tua agar sang anak memiliki sikap dan perilaku yang sama dengan dirinya. Terkadang orang tua juga sering memaksakan anaknya untuk melakukan sesuatu yang dulu orang tua tidak dapat melakukannya. Anak terkadang  juga tidak dapat menyampaikan perasaan dan pemikirannya kepada orang tua. Kondisi ini menyebabkan komunikasi orang tua dan anak menjadi terhenti. Semua pihak berlalu dengan pikiran masing-masing tidak ada titik temu.
Setelah mengetahui ciri-ciri anak usia remaja, berikut dijelaskan beberapa cara yang dianggap paling efisien untuk berkomunikasi dengan remaja. Lima cara berkomunikasi dengan remaja antara lain:
1. Posisikan diri sebagai remaja.
Saat berkomunikasi dengan anak yang sudah memasuki usia remaja, maka kita harus berusaha untuk menempatkan diri di posisi mereka. Â Â Â Â Â Â Â Â Berkomunikasilah dengan mereka seperti pembicaraan dua orang sahabat a.Â
Seorang sahabat akan mengerti segala hal yang dirasakan dan  digelisahkan oleh sahabatnya. Pahami apa yang diinginkan dan dimimpikan oleh remaja kita.Â
Remaja akan mudah menerima seseorang jika orang  tersebut dapat memahami dan tidak bertentangan dengan ide dan impian-impiannya. Mereka akan merasa nyaman apabila  semua orang di sekitar lingkungannya memberi dukungan maksimal terhadap pengembangan diri secara maksimal. L
ingkungan yang baik akan membentuk remaja menjadi berkembang sempurna menuju ke arah dewasa dan matang dalam pemikiran dan kehidupan sosialnya.Â
2. Jangan pernah menghakimi
 Komunikasi antara orang tua dengan anak remajanya terkadang berawal baik dan berakhir dengan pertengkaran. Sebagian besar remaja       menyampaikan bahwa mereka selalu disalahkan oleh orang tuanya. Mereka berkata bahwa apa yang telah mereka lakukan selalu salah di hadapan  orang tua.Â
Orang tua sering menyebut mereka anak nakal dan tidak patuh pada orang tua, jika mereka melakukan sesuatu yang berlawanan dengan  harapan orang  tua.Semua orang tua ingin anaknya berhasil melewati masa kritis usia remaja. Saat remaja melakukan kesalahan, ajaklah mereka berkomunikasi.Â
Buanglah semua pikiran negatif tentang anak kita. Bicara dengan tenang dan tidak menunjukkan kemarahan.Berilah waktu kepada mereka untuk berpikir. Jangan langsung menghakimi, tetapi ajaklah mereka berdiskusi. Cara ini dirasa lebih efektif agar remaja kita lebih terbuka kepada orang tuanya.
3. Jadilah pendengar yang baik.
Agar komunikasi orang tua dengan anak remajanya lancar, maka orang tua harus menjadi pendengar yang baik bagi anaknya. Remaja akan sangat senang jika apa yang mereka sampaikan didengarkan oleh orang lain terutama orang tuanya. Pada umumnya anak remaja akan lebih senang bercerita kepada temannya daripada kepada orang tuanya, karena mereka merasa temanlah yang mau mendengarkan tanpa menyalahkan.Agar remaja kita tidak hanya terbuka berbicara dengan temannya, maka orang tua harus mendengarkan dulu apa yang mereka ceritakan. Mereka harus dibuat senyaman mungkin. Jauhkan prasangka buruk tentang apa yang dilakukan mereka di luar rumah. Tunjukkan pada mereka bahwa kita siap untuk mendengarkan apa yang ingin mereka sampaikan.
4. Memberi peluang untuk berpendapat.
Pada umumnya orang tua merasa bahwa dirinya paling paham tentang semua hal. Orang tua sering beranggapan bahwa dia telah hidup lebih lama dan memiliki pengalaman lebih banyak dibanding anaknya.
Orang tua beranggapan bahwa hanya dirinyalah yang boleh berpendapat. Seringkali saat berkomunikasi dengan seorang anak, orang tualah yang paling dominan.Â
Sang anak hanya tertunduk mendengarkan semua amarah orang tua. Komunikasi seperti ini tidak akan membawa hasil yang baik sesuai harapan.
Apabila anak remaja kita hanya berperan mendengarkan saja, maka menurut ahli pendidikan Edgar Dale hanya dapat diserap sebesar 20% dari apa yang didengar.Â
Komunikasi dua arah akan dapat menciptakan komunikasi yang efektif dan baik. Berilah kesempatan kepada remaja kita untuk bependapat.Jangan potong pembicaraan mereka, setelah selesai beri penguatan yang baik kepada mereka.Â
Remaja akan merasa senang jika ada orang yang mau mendengarkan pendapatnya dan mengakui keberadaannya  dalam keluarga
Saat remaja mendapat perhatian lebih banyak dan mendapat kesempatan yang luas untuk berpartisipasi dalam keluarga, maka secara otomatis mereka akan nyaman di rumah, di sekolah, dan dengan orang-orang di sekitar mereka.Â
Anak remaja kita akan menjadi anak yang lebih percaya diri, tidak takut untuk bependapat . Mereka akan melakukan semuanya secara mendiri tidak bergantung kepada orang lain.
5. Memahami dan ikut serta dalam kegiatan remaja.
Sebagai  orang tua kita harus memahami bahwa seorang remaja ingin selalu berkelompok dengan teman-temannya.Oleh karena itu kita harus paham benar apa saja yang dilakukan anak remaja kita dengan teman-temannya. Misalnya anak kita memiliki kegiatan fotografi yang mengharuskan dia untuk berjalan-jalan mencari obyek yang menarik, meka kita tidak perlu marah. Kita harus memahami benar apa saja kegiatan di bidang fotografi.Sesekali kita memang harus ikut dalam kegiatan anak remaja. Dengan begitu tercipta hubungan emosional yang baik antara orang tua dan anak. Setelah kita tahu dengan pasti kegiatan yang diikuti anak kita, selanjutnya kita dapat menyusun aturan mengenai keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut. Kesepakatan antara orang tua dan anak sangat dibutuhkan dalam menjalin komunikasi yang baik.
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya, kita menjadi mengerti tentang ciri-ciri dan lima cara berkomunikasi dengan remaja. Usia remaja adalah usia rawan.Pada masa ini remaja membutuhkan bimbingan yang baik dari orang tua. Dengan bimbingan yang baik, maka anak remaja akan dapat mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Artikel ini diharapkan dapat memberikan solusi kepada  orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H