Flashback on
Sinar matahari pagi berhasil membuat kesadarannya kembali meski belum sepenuhnya.Â
Tenggorokan terasa kering, kepala pusing serta perut terasa ingin sekali mengeluarkan isinya.Â
Kelopak mata itu belum juga menampakkan keindahan netra yang bersembunyi dibaliknya. Pelan jemari itu terulur memijit pelipis dan dahi.Â
"Gila, pusing banget gue," cicitnya pelan dengan suara khas bangun tidur.Â
Mengambil nafas sejenak mengatur degup jantung yang kian menderu. Suhu ruangan ini dingin tapi keringat bercucuran. Entah apa yang terjadi dengannya, ingatannya tumpul.Â
Perlahan manik hitam itu mengintip dari balik kelopak putih. Pemandangan langit kamar adalah hal pertama yang menyapanya. Dahinya mengernyit mengapa kamarnya berbeda? warna putih dominan memenuhi ruangan ini. Kepalanya semakin pusing.Â
Gadis dengan rambut tak beraturan itu mencoba mendudukkan diri bersandar pada kepala ranjang. Satu tangannya meraih gelas berisi air di atas nakas yang berada tepat di samping ranjang king size tempatnya bergelung.Â
Meneguk kasar meluapkan segala dahaga yang sudah tak dapat ia tahan lagi. Mata cantiknya lemah mangamati dengan jeli seluruh isi ruangan.Â
Satu semburan lolos dari bibirnya.
Gadis ayu itu menyadari dirinya tidak sedang berada di kamar pribadinya. Dia tidur di tempat lain? Bagaimana bisa?Â
Ranjang besar ini sangat berantakan. Selimut tebalnya juga terlalu mewah. Ruangan luas dengan gordain warna mocca yang indah.Â